TIADA PERANTARA: AGAMA YANG MURNI, AKIDAH YANG LURUS

Ketika agama dibajak oleh kepentingan segelintir manusia dan perantara dijadikan jalan untuk menguasai jiwa umat, maka sudah saatnya kita kembali kepada fitrah Islam: menghubungkan hati dengan Allah secara langsung—tanpa perantara, tanpa perniagaan atas nama ketuhanan. Tadzkirah ini adalah panggilan untuk membongkar eksploitasi berkedok agama dan mengembalikan akidah kepada jalur yang murni, sebagaimana dibawa oleh para Nabi.

Oleh : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis


📘 Dalam sejarah panjang agama-agama di dunia, salah satu penyimpangan paling serius adalah hadirnya “orang tengah” yang mengaku sebagai satu-satunya jalan penghubung antara manusia dan Tuhan. Mereka menjadi juru bicara surga, penjaga kebenaran, bahkan penjaga pintu taubat—hingga umat merasa tak layak berdoa kecuali lewat mereka. Sayangnya, realita ini juga menyelinap ke tengah umat Islam.

Tadzkirah ini mengupas dengan tajam fenomena eksploitasi agama oleh sebagian golongan yang menjadikan konsep perantara (wasilah yang batil) sebagai alat manipulasi. Mereka menjual citra "kesucian" dan "kedekatan dengan Tuhan", lalu memonopoli harapan dan ketakutan umat. Akibatnya, sebagian umat mulai merasa bahwa hubungan mereka dengan Allah terlalu jauh, dan hanya bisa ditempuh melalui para wali, tok guru, atau bahkan kubur.

Padahal Islam datang sebagai agama yang memuliakan akal dan membebaskan jiwa. Allah ﷻ membuka pintu-Nya untuk setiap hamba—tanpa sekat, tanpa birokrasi ruhani. Islam tidak mengenal konfesi dosa kepada manusia, tidak mengenal syarat berdoa melalui jasad tertentu, dan tidak memberi otoritas apapun kepada siapa pun untuk menjadi “perantara tetap” antara manusia dan Tuhan.

Tadzkirah ini bukan hanya kritik terhadap penyimpangan, tetapi juga seruan untuk kembali kepada kemurnian akidah tauhid, sebagaimana firman Allah ﷻ dalam Surah Az-Zumar:

أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
"Ketahuilah, hanya bagi Allah-lah agama yang murni (bersih dari syirik)." (Az-Zumar: 3)

Jika Anda pernah merasa harus melalui “orang suci” untuk bisa didengar oleh Allah, maka tadzkirah ini akan menjadi lentera untuk membebaskan hati Anda—dan menyambung kembali hubungan ruhani langsung dengan Rabbul ‘Ālamīn.


📚 Ringkasan Faedah Tadzkirah

1️⃣ Agama Islam: Hubungan Langsung dengan Allah

Islam adalah agama yang memuliakan hubungan langsung antara hamba dan Tuhannya. Tidak ada keperluan untuk perantara ruhani dalam berdoa, bertobat, atau mendekatkan diri kepada Allah. Semua hamba memiliki akses setara untuk bermunajat langsung kepada-Nya.

🌸 "Tidak ada mufti, ustadz, wali, atau guru agama yang menjadi perantara mutlak antara manusia dan Allah. Yang ada hanyalah amal dan doa yang ikhlas."


2️⃣ Penolakan terhadap Budaya Pengakuan Dosa kepada Manusia

Islam tidak mengenal ritual seperti pengakuan dosa di hadapan sesama manusia (confession). Bahkan ketika seorang sahabat mengaku berbuat salah, Nabi ﷺ tidak menghukumnya melainkan mengarahkannya kepada pertaubatan dan kebaikan sebagai penebus.

💬 "Kebaikan itu memadamkan kejahatan."


3️⃣ Syirik Moden: Mengangkat Manusia sebagai Jalan Menuju Allah

Sebagian pihak mengklaim tidak menyembah wali, tetapi menjadikannya sebagai wasilah untuk “mendekatkan diri kepada Allah”. Al-Qur’an telah membongkar justifikasi ini dalam Surah Az-Zumar (3), dan menegaskan bahwa Allah akan menghakimi bentuk penyekutuan seperti ini.

⚠️ "Jika kita membenarkan memanggil nama manusia untuk menghubungi Allah, apa bedanya kita dengan yang menyeru nama Yesus, Buddha, atau roh suci lainnya?"


4️⃣ Eksploitasi Agama oleh Kelompok-Kelompok Berkepentingan

Seiring munculnya tokoh-tokoh spiritual yang mengaku membawa keberkatan, sebagian dari mereka mengeksploitasi keyakinan masyarakat demi harta, kekuasaan, dan pengaruh. Bahkan ada yang menjustifikasi ritual-ritual menyimpang dengan mencomot dalil dan menakwil secara sesat.

🕳️ Ini adalah bentuk penyalahgunaan agama yang paling membahayakan akidah umat—terutama jika dibiarkan menjadi arus utama tanpa koreksi ilmiah.


5️⃣ Bahaya Menyamakan Agama atas Nama Toleransi

Ada agenda global yang mencoba menyamaratakan semua agama, termasuk menyatukan rumah ibadah dan menyamakan doa semua agama kepada “Tuhan yang sama”. Ini merupakan proyek global yang akan menghapus batas-batas tauhid dan akidah yang lurus.

🌐 "Jika ‘Ya Husain’ dibenarkan, kenapa ‘Oh Jesus’ tidak? Jika kubur boleh jadi perantara, mengapa tidak patung atau batu?"
📉 Proyek ini jika tidak dilawan, akan mengikis Islam dari dalam, menjadikan umat Islam liberal secara aqidah namun tetap mengklaim keislaman secara identitas.


6️⃣ Tauhid Adalah Akar, Tawassul Adalah Cabang

Islam membolehkan tawassul yang syar’i, yakni berdoa kepada Allah dengan menyebut amal saleh atau keutamaan Nabi ﷺ. Tapi bukan berarti memanggil Nabi, wali, atau orang saleh sebagai pengganti doa kepada Allah.

🌟 “Ya Allah, dengan keberkatan Rasul-Mu, ampunilah aku” ✅
⚠️ “Wahai Rasulullah, selamatkan aku” ❌


🎯 Kesimpulan

Tadzkirah ini adalah panggilan tajam bagi siapa saja yang ingin menjaga akidah tetap murni dan tidak terjebak dalam pemahaman yang menyesatkan. Ini bukan ajakan untuk memusuhi individu, melainkan seruan untuk kembali kepada kemurnian agama, kepada jalan lurus yang telah dibawa oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya—tanpa perantara, tanpa perniagaan atas nama Allah.

🛡️ Akidah adalah benteng terakhir umat Islam. Jika akidah dikompromikan, maka segalanya runtuh.

🎧 Dengarkan tadzkirah ini secara lengkap—bukan hanya dengan telinga, tapi juga dengan hati. Mungkin inilah titik balik yang Anda cari selama ini.