🧭 Pengantar
Dalam wacana keilmuan Islam, jihad bukanlah sekadar istilah yang diasosiasikan dengan kekerasan, tetapi merupakan konsep agung yang mencerminkan tanggung jawab seorang Muslim terhadap agamanya. Sayangnya, dalam dunia kontemporer yang dipenuhi misinformasi dan framing negatif terhadap Islam, istilah ini sering kali menjadi sumber fitnah, ketakutan, dan kesalahpahaman. Banyak Muslim hari ini enggan menyebut kata “jihad” karena khawatir dicap ekstremis, radikal, atau bahkan teroris.
Padahal, dalam Al-Qur’an dan Hadis, jihad adalah bagian integral dari keimanan yang tidak bisa dipisahkan dari karakter seorang mukmin sejati. Namun yang lebih memprihatinkan, jihad hari ini tak hanya ditolak oleh musuh Islam, tetapi juga diabaikan oleh umat Islam sendiri. Banyak yang puas dengan ibadah individual seperti shalat dan puasa, namun abai terhadap perintah berjihad dalam bentuk membela agama, menyampaikan kebenaran, dan menghadapi penyimpangan dengan hujah yang ilmiah.
Tadzkirah ini hadir untuk meluruskan makna jihad secara ilmiah dan ruhani, membongkar narasi-narasi menyesatkan, serta menyeru umat agar kembali menapaki jalan jihad dalam segala bentuknya—dari tangan, lisan, hingga hati. Karena jihad bukan milik kelompok tertentu, tapi kewajiban syar’i yang relevan sepanjang zaman. Jangan biarkan istilah ini hanya hidup di lisan musuh Islam, padahal ia sejatinya adalah mahkota iman.
📚 Rangkuman Faedah Ilmiah
🔹 1. Makna Jihad dalam Islam yang Komprehensif
Jihad bukan hanya bermakna peperangan fisik. Ia mencakup perjuangan dengan:
-
Harta dan jiwa (fi sabilillah) sebagai ciri mukmin sejati.
-
Lisan dan hujah, sebagaimana penekanan Al-Qur’an dalam jihadul-hujjah.
-
Hati, sebagai bentuk minimal keimanan ketika tidak mampu berbuat secara fisik.
🔹 2. Bahaya Mengabaikan Jihad dalam Pemikiran Muslim
Ketika jihad tak menjadi bagian dalam cara berpikir umat, muncul fenomena puas dengan ibadah formal tapi tidak peduli terhadap nasib agama. Agama hanya dipakai ketika menguntungkan citra diri atau popularitas, bukan sebagai komitmen ilahi.
🔹 3. Sikap Salaf terhadap Kebenaran dan Kesetiaan pada Sunnah
Tadzkirah menyinggung bagaimana para Hawariyun dan Ashab Nabi berjuang mempertahankan agama—dengan sunnah, bukan simbol. Mereka tidak menambah ajaran agama, tidak pula membuat dalih untuk berinovasi dalam urusan ibadah.
🔹 4. Membedakan Antara Pembela Sunnah dan Pelaku Bid’ah
Pelaku bid’ah disifati dalam hadis sebagai orang yang “mengklaim mengikuti Nabi, tapi mengamalkan apa yang tak diperintahkan.” Nabi memerintahkan agar berjihad terhadap mereka dengan tangan, lisan, dan hati. Ini bukan seruan kekerasan, tapi seruan klarifikasi ilmiah.
🔹 5. Kritik terhadap Distorsi Agama dan Keagamaan Seremonial
Banyak orang mencampuradukkan budaya dengan agama, menjadikan agama sebagai entertainment atau bahkan alat politik. Jihad bukan tentang menyerang, tapi menjaga kemurnian Islam dari tahayul, khurafat, dan bid’ah yang mengaburkan inti syariat.
🔹 6. Peran Kesabaran dan Tawakal dalam Menyokong Jihad
Menegakkan agama bukan jalan yang mulus. Allah mencintai orang yang sabar. Para Ribiyyūn yang berjuang bersama para Nabi tidak pernah lemah meskipun tertindas. Di sinilah jihad membutuhkan:
-
Kesabaran
-
Tawakal
-
Kerendahan hati dalam berdoa
🔹 7. Doa sebagai Senjata Spiritual Pejuang
Doa orang beriman dalam jihad bukan penuh keluh kesah, tapi adab:
“Rabbana ighfir lana dzunubana wa isrāfanā fī amrinā, wa tsabbit aqdāmanā, wa nṣurnā ‘ala al-qawmil kāfirīn”.
🔹 8. Seruan untuk Melanjutkan Misi Dakwah dan Sunnah
Tadzkirah ini tidak hanya mengajak untuk mendengar, tetapi menggerakkan: pulang dari majlis ilmu dengan tekad menyampaikan, menyebarkan, dan membela sunnah. Karena jihad tak selesai di majlis—ia hidup di langkah dan kontribusi setiap Muslim.
📌 Penutup
Agama ini terlalu berharga untuk diserahkan pada opini publik. Islam bukan milik kelompok tertentu, bukan pula milik selebriti agama. Ia adalah amanah langit yang diwariskan kepada umat Muhammad ﷺ. Mari kembalikan jihad pada maknanya yang murni: membela agama dengan ilmu, adab, dan kesungguhan. Karena jihad bukan hanya istilah, tapi komitmen keimanan yang hidup dalam tindakan.