MERENGKUH KEKUATAN IMAN DI BALIK REALITA YANG TAK TERLIHAT

Tadzkirah dan Q&A dengan kaum Muslimah

Oleh: Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kearajaan Negeri Perlis - Arsip 09/2025

Pernahkah Anda merasa bahwa hidup ini terasa berat, sempit, atau penuh dengan kecemasan? Mungkin, tanpa disadari, kita telah terlalu lama "terpenjara" oleh apa yang hanya bisa kita lihat dengan mata kepala sendiri. Kita sibuk mengejar harta, penampilan, dan pengakuan duniawi yang kasat mata, sambil lupa pada "realitas lain" yang justru lebih luas dan menentukan kebahagiaan sejati.

Tadzkirah ini bukan sekadar wejangan agama biasa. Ini adalah sebuah panduan hidup yang mengajak kita untuk menggeser perspektif, dari yang semata-mata materialistik menuju kehidupan yang imbang antara dunia dan akhirat, antara yang tampak dan yang gaib.

Kita akan belajar:

  • 💡 Rahasia di balik sumpah Allah tentang "yang tampak dan tak tampak".
  • 🛡️ Bagaimana keyakinan pada yang gaib menjadi sumber kekuatan saat menghadapi cobaan.
  • ⚖️ Jawaban tuntas atas dilema-dilema modern: dari hukum vaksin, takdir, hingga bagaimana bersikap terhadap isu mistis.
  • 🌍 Sikap seorang Muslim terhadap tragedi kemanusiaan seperti di Palestina.
  • 🕊️ Dan yang terpenting, bagaimana menemukan ketenangan hati di tengah badai kehidupan.

Mari buka hati dan pikiran kita. Karena sesungguhnya, kekuatan terbesar justru seringkali berasal dari apa yang tidak bisa kita lihat.

Berikut rangkumannya:

HIDUP BUKAN CUMA NILAI BAGUS

Tadzkirah dan Q&A dengan 2.800 Pelajar UNIMAP

Oleh: Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kearajaan Negeri Perlis - Arsip 09/2025

Banyak orang mengira sukses itu soal nilai tinggi, pekerjaan mapan, rumah besar, atau harta melimpah. Namun dalam Bicara Ad-Deen di Universiti Malaysia Perlis (UNIMAP), Prof. Dato’ Dr. MAZA (Mufti Negeri Perlis) mengingatkan: kesuksesan sejati bukan hanya soal prestasi dunia, tapi hidup yang punya makna — hidup yang terhubung dengan Allah ﷻ.

Pesan ini relevan bagi siapa saja, baik pelajar, pekerja, orang tua, maupun generasi digital seperti Gen Alpha: jangan biarkan hidup kosong walau penuh prestasi atau banyak followers. Hidup akan benar-benar berarti bila kita menjaga hubungan nyata dengan Sang Pencipta.

Hidup bukan hanya tentang hari ini, tapi juga tentang perjalanan panjang menuju akhirat. Siapa pun kita — pelajar, profesional, orang tua, bahkan generasi digital sekalipun — pasti menginginkan hidup yang lebih tenang, bermakna, dan mendapat keberkahan.

Berikut rangkumannya:

MERANTAU UNTUK ILMU

Tadzkirah dan Q&A denngan Pelajar dari Indonesia

Oleh: Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kearajaan Negeri Perlis - Arsip 2019

Peta peradaban ilmu Islam tidak digambar dengan garis statis di dalam perpustakaan. Ia dilukis dengan jejak langkah dinamis para pengembara—dari Cordoba yang megah, melintasi Gurun Sahara, hingga sampai ke Baghdad yang menjadi pusat peradaban.

Setiap jejak itu menceritakan sebuah prinsip: bahwa ilmu yang hakiki adalah yang menghidupkan, dan sesuatu yang hidup pasti bergerak. Ia tidak bisa diam. Seperti air yang mengalir, seperti anak panah yang melesat, seperti singa yang menjelajah.


Lalu, di manakah posisi kita di peta yang luas ini? Bagaimana kita bisa menghidupkan kembali semangat rihlah itu di tengah dunia yang serba instan? Bagaimana ruang kos-kosan, kampus, dan kota tempat kita tinggal hari ini bisa menjadi "Andalusia" zaman baru—medan tempat kita bertualang mencari makna?

Mari kita membacanya kembali. Karena setiap pencarian yang jujur, pada hakikatnya, adalah penerus dari jejak langkah mereka.

Berikut rangkumannya:

BERSANGKA BAIK DENGAN ALLAH

Memahami bagaimana berjalannya sistem taqdir Allah | Apa yang Allah kehendaki tidak mesti Allah ridhoi | Taqdir yang kita tidak ada pilihan | Terkadang seorang hamba masuk surga bukan karena banyaknya pahala ibadahnya, tapi karena banyaknya pahala kesabarannya dengan musibah-musibah dan ujian-ujian berat dalam hidupnya yang ia tidak ada pilihan

Oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis
 

KETIKA AGAMA DIRUSAK OLEH GOLONGAN AGAMA

Tadzkirah tentang Bahaya Ulama Palsu, Ujian Keikhlasan, dan Jalan Kembali kepada Kebenaran

Oleh: Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kearajaan Negeri Perlis

Agama Allah tidak pernah padam. Namun, sejarah mencatat bahwa kerusakan Islam sering kali bukan datang dari luar, melainkan dari dalam — dari mereka yang memakai pakaian agama, tetapi menjual ayat-ayat Allah untuk keuntungan dunia.


Dalam sebuah tadzkirah yang menggugah, umat diingatkan melalui kisah Ka‘ab bin Malik r.a. yang selamat dengan kejujuran, tentang betapa berat perjuangan menegakkan Islam. Jalan ini tidak cukup ditempuh dengan slogan, tetapi memerlukan keikhlasan, keberanian, dan kesediaan untuk menanggung kesulitan.

Pesannya jelas:

  • Bahaya terbesar umat bukan sekadar musuh luar, tetapi agamawan yang menyeleweng dan membela kezaliman.

  • Ulama sejati adalah pewaris Nabi ﷺ: ikhlas, berilmu, berani berkata benar, dan hidup sederhana.

  • Ulama palsu menukar kebenaran dengan dunia, memecah umat, dan menjauhkan manusia dari Islam.

🌸 Tazkirah ini hadir sebagai seruan penuh cinta dan peringatan: janganlah umat ditipu oleh gelar atau pakaian, tetapi nilailah ucapan dan perbuatan. Kembalilah kepada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai neraca, agar Islam berdiri tegak di atas kebenaran, keadilan, dan ikhlas, bukan kepalsuan dunia.

Berikut rangkumannya:

PELAJARAN DARI SEJARAH KEJAYAAN DAN MENTALITAS TERJAJAH

Oleh: Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kearajaan Negeri Perlis

Kita bangga memakai produk Barat, tapi malu dengan identitas sendiri. Kita hafal sejarah kejayaan Islam, tapi lupa menerapkan nilai-nilainya. Sebuah refleksi mendalam tentang mentalitas umat dan bagaimana Islam sebenarnya hadir sebagai pembebas, bukan penjajah.



🌿 Pengantar

Sejarah Islam bukan sekadar lembaran masa lalu untuk dikenang, melainkan cahaya penuntun jalan bagi umat yang sedang mencari arah. Dari gurun tandus yang dipenuhi kabilah jahiliyah, lahirlah insan-insan luar biasa yang mengubah wajah dunia dengan iman, kesabaran, dan pengorbanan.

Kisah Khalid ibn al-Walid r.a., pedang Allah yang tidak pernah patah di medan perang, mengingatkan kita bahwa keberanian sejati bukan untuk kemuliaan diri, tetapi untuk meninggikan agama. Kisah Umar ibn al-Khaṭṭāb r.a., pemimpin zuhud yang hidup sederhana meski menguasai wilayah luas, mengajarkan bahwa integritas lebih bernilai daripada singgasana dunia.

Dari futūḥāt yang membuka pintu dakwah hingga lahirnya peradaban Islam yang memayungi manusia dengan keadilan, sejarah membisikkan pesan yang sama: umat hanya akan mulia dengan Islam, bukan dengan selainnya.

Hari ini, ketika umat sering terpecah oleh perkara kecil dan terikat pada simbol tanpa makna, sejarah itu kembali mengetuk hati: Apakah kita rela mewarisi semangat sahabat, atau hanya puas memuja nama mereka?

🌸 Pengantar ini bukan sekadar ajakan untuk membaca sejarah, tetapi panggilan jiwa: bangkitlah dengan kebenaran dan kesabaran, kerana hanya dengan itulah umat Islam kembali akan berdiri tegak di pentas dunia.

Berikut rangkumannya:

CINTA YANG MENELADANI, BUKAN YANG HANYA MERAYAKAN: RENUNGAN DI BULAN RABIUL AWAL

Oleh: Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kearajaan Negeri Perlis - Arsip 09/2025

Setiap kali tiba 12 Rabi‘ul Awwal, banyak negeri dan masyarakat Islam merayakan Maulid Nabi ﷺ dengan pelbagai bentuk sambutan. Namun di Perlis, pendekatannya berbeda. Bukannya tidak menghargai kelahiran Nabi ﷺ, tetapi ada pertimbangan sejarah, sirah, dan prinsip agama yang lebih mendasar.



Dalam tadzkirah ini, Shahibus Samahah Mufti Negeri Perlis: Prof. Dato’ Dr. MAZA menjelaskan bahwa:

  • Tarikh kelahiran Nabi ﷺ tidak disepakati. Ada yang menyebut 8, 9, 12, 17 Rabi‘ul Awwal, bahkan ada pendapat lemah yang menyebut bulan Ramadhan. Yang pasti, baginda lahir di bulan Rabi‘ul Awwal.

  • Para sahabat tidak pernah mengadakan sambutan khusus untuk hari kelahiran Nabi ﷺ. Bahkan Umar ibn al-Khaṭṭāb r.a. memilih peristiwa hijrah sebagai penanda takwim Islam, kerana lebih signifikan dan juga agar tidak menyerupai tradisi Nasrani.

  • Umat Islam tetap wajib bergembira dengan kelahiran Nabi ﷺ, mensyukuri nikmat itu, dan memperbanyak cerita tentang perjuangan baginda. Namun bentuknya bukan ritual baru atau bacaan khas yang tidak bersumber dari sunnah.

Mufti mengingatkan:

  • Yang penting bukanlah besarnya sambutan, melainkan sejauh mana umat mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ.

  • Sirah Nabi ﷺ mesti dipelajari dari sumber yang sahih, bukan dongeng atau mitos yang sedap didengar tetapi tidak benar.

  • Mu‘jizat terbesar Rasulullah ﷺ bukanlah peristiwa spektakuler yang hanya berlaku sekali, tetapi Al-Qur’an, kitab abadi yang kekal sebagai bukti kerasulan beliau hingga akhir zaman.

🌸 Dengan demikian, Perlis memilih untuk menjadikan bulan Rabi‘ul Awwal secara keseluruhan sebagai Bulan Zikrā Rasul – bulan mengingati perjuangan Nabi ﷺ, bukan sekadar satu malam atau satu tarikh tertentu.

Berikut rangkumannya:

JANGAN BERBURUK SANGKA KEPADA ALLAH

Oleh: Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis
 

Adanya akherat cukuplah menjadi alasan untuk kita tidak berburuk sangka kepada Allah. Bahwa apa saja yang kita terluput di dunia ini dan berbagai bentuk ketidakadilan, akan Allah penuhi dengan sempurna disana. 

MASIH ADAKAH SINAR UNTUKKU

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه مرفوعاً: «إنَّ الشيطانَ قال: وعِزَّتِك يا رب، لا أَبرحُ أُغوي عبادَك ما دامت أرواحُهم في أجسادهم، قال الربُّ: وعِزَّتي وجَلالي لا أزال أغفرُ لهم ما استغفروني». [حسن] - [رواه الإمام أحمد]


Dari Abu Sa'īd Al-Khudri RA secara marfū': "Sesungguhnya setan berkata, 'Demi kemuliaan-Mu wahai Tuhanku, aku tidak akan pernah berhenti menyesatkan hamba-hamba-Mu selama nyawa mereka berada di tubuhnya.' Allah berfirman, 'Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan henti-hentinya memaafkan mereka, selama mereka memohon ampun kepadaku.' Hadis Hasan - Diriwayatkan oleh Ahmad

Arsip Februari 2020

Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis



🌤️ Ketika Hidup Terasa Gelap, Masih Adakah Cahaya Itu?

Ada masa dalam hidup… kita merasa semua sudah terlambat. Terlambat untuk berubah. Terlambat untuk dimaafkan. Terlambat untuk memulai kembali.

Kita tenggelam dalam masa lalu yang menggelapkan hati. Dalam kesalahan yang terus menghantui pikiran. Dan dalam rasa bersalah yang diam-diam mematahkan harapan.

Ini bukan tadzkirah untuk menghakimi. Ini adalah cerita tentang manusia yang jatuh, lalu mencoba berdiri — walau perlahan, walau terluka. Tentang harapan yang tumbuh dari rasa hancur. Tentang dosa yang berat… tapi ampunan Allah yang jauh lebih luas.

Entah kamu sedang di luar atau di dalam jeruji, sedang terikat oleh masa lalu, atau dihantui rasa kecewa pada diri sendiri — tadzkirah ini adalah suara yang bisa jadi sedang kamu tunggu.

Dengarkan. Renungkan. Mungkin inilah awal cahaya itu kembali menyentuh hatimu.


📌 Ringkasan Lengkap Tadzkirah


🌤️ 1. Pintu Penjara Sempit, Tapi Pintu Taubat Allah Sangat Luas

  • Penjara adalah ruang yang sempit, tapi pintu rahmat dan taubat Allah terbuka di mana saja — bahkan di tempat yang tertutup sekalipun.

  • Nabi ﷺ bersabda:

    "Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama belum sampai ruhnya ke tenggorokan." (HR. Tirmidzi)


🕊️ 2. Siapa Saja Bisa Berubah, Siapa Saja Bisa Diuji

  • Di penjara ada orang yang bersalah, ada yang tidak. Ada yang benar-benar menyesal, ada yang sedang mencari jalan pulang.

  • Bahkan Nabi Yusuf AS pernah memilih masuk penjara untuk menjaga kehormatan dan imannya (QS. Yusuf: 33).


📚 3. Penjara Bukan Akhir — Bisa Jadi Awal Perubahan

  • Banyak ulama besar pernah dipenjara, seperti Buya Hamka, yang justru menulis tafsir Al-Azhar di balik jeruji.

  • Dalam keterbatasan, seseorang bisa menemukan kembali makna hidup dan nilai dirinya di sisi Allah.

MELURUSKAN NIAT DAN TUJUAN MENYEKOLAHKAN ANAK

Oleh : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis

Pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri: "Sebenarnya, untuk apa sih kita menyekolahkan anak?"

Apakah agar mereka mendapat nilai A sempurna? Lulus dengan pujian? Atau agar kelak bisa mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi? Jika jawabannya iya, kita tidak sendirian. Namun, apakah itu benar-benar tujuan akhir dari sebuah proses pendidikan yang menghabiskan begitu banyak waktu, tenaga, dan biaya?


Pertanyaan-pertanyaan mendasar ini justru dijadikan starting point untuk menggali makna kesuksesan yang sebenarnya. Tadzkirah ini dengan lugas membongkar paradigma keliru yang sering terpatri dalam benak kita sebagai orang tua dan masyarakat. Mulai dari mentalitas instan, gengsi, hingga pola pikir "minta-minta" alih-alih "memberi".

Lebih dari sekadar kritik, tadzkirah ini menghadirkan perspektif yang dalam dan menyegarkan yang berakar dari Al-Qur'an dan Sunnah. Kita diajak untuk memahami bahwa:

🎯 Tujuan sekolah yang utama adalah memperoleh ilmu dan adab, bukan sekadar gelar.

💖 Kesuksesan sejati adalah perpaduan antara keberhasilan dunia dan akhirat.

👨‍👩‍👧‍👦 Peran orang tua dalam membentuk akhlak jauh lebih penting daripada hanya mengejar nilai akademik.

🔄 Perubahan menuju masyarakat yang lebih baik harus dimulai dari diri dan keluarga kita sendiri.

Yuk, kita simak rangkuman lengkapnya berikut ini. Semoga bisa menjadi bahan introspeksi dan penyemangat untuk bersama-sama membangun generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga beriman, beradab, dan berkontribusi untuk sekitar.