KETIKA KEMERDEKAAN HANYA SIMBOL, BUKAN SUBSTANSI

Oleh : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis

Apakah kita benar-benar merdeka, atau hanya mengganti bendera penjajah dengan bendera sendiri? Dulu umat Islam mampu menaklukkan dua imperium besar, namun runtuh karena perpecahan. Kini, meski penjajah asing telah pergi, belenggu pemikiran masih mengekang. Jika akal tetap terjajah, maka kemerdekaan hanyalah simbol yang menipu, bukan substansi yang membebaskan.

๐Ÿ“Œ Pengantar

Sejarah bukan sekadar catatan masa lalu, melainkan cermin yang menyingkap wajah kita hari ini. Umat Islam pernah berdiri di puncak peradaban: Baghdad dengan perpustakaannya, Andalus dengan rumah sakit dan madrasahnya, serta pemimpin-pemimpin adil seperti Umar bin Khattab dan แนขalฤแธฅuddฤซn al-Ayyubi. Namun semua itu runtuh saat perpecahan internal merajai, hingga bangsa kecil seperti Mongol dan Belanda mampu menaklukkan umat yang besar jumlahnya. Pertanyaan tajam pun muncul: apakah benar kita telah merdeka, atau hanya sekadar berganti tuan dari penjajahan fisik ke penjajahan pemikiran?

Hari ini, kita merayakan kemerdekaan dengan gegap gempita, tapi apakah jiwa kita bebas dari belenggu cara berfikir lama? Tadzkirah ini mengetuk kesadaran bahwa kemerdekaan sejati bukan hanya berdiri di bawah bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan, melainkan membebaskan akal dari ketertinggalan, menghidupkan kembali tradisi ilmu, serta menegakkan keadilan. Inilah refleksi yang tidak nyaman, tapi justru diperlukan: bangsa yang benar-benar merdeka adalah bangsa yang tidak lagi menjadi tawanan sejarah, melainkan penulis bab baru kejayaannya sendiri. 


๐Ÿ“– Rangkuman Faedah Lengkap

1️⃣ Pembukaan & Hari Kemerdekaan

  • Isi: Seruan takwa (QS. Ali ‘Imran:102), pengingat kematian dalam Islam, lalu dikaitkan dengan Hari Kemerdekaan 31 Ogos. Penegasan: cinta tanah air adalah fitrah, meskipun ungkapan “hubbul watan minal iman” bukan hadits sahih.

  • Faedah:

    • Cinta tanah air adalah naluri manusiawi yang tidak bertentangan dengan agama.

    • Perayaan nasional seharusnya diikat dengan nilai ketakwaan agar tidak sekadar simbolik.


2️⃣ Cinta Tanah Air & Teladan Nabi ๏ทบ

  • Isi: Kisah Nabi ๏ทบ diusir dari Mekah → hijrah ke Madinah. Dalam riwayat Tirmidzi, Nabi menegaskan kecintaannya kepada Mekah, namun tetap berhijrah demi dakwah.

  • Faedah:

    • Teladan Nabi: patriotisme harus selaras dengan ketaatan kepada Allah.

    • Kecintaan pada negeri tidak boleh menghalangi perjuangan menegakkan kebenaran.

PERJUANGAN YANG TAK PERNAH BERAKHIR

Oleh : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis

Dalam dunia yang mengagungkan hasil instan dan status sosial, tadzkirah ini mengajak kita berhenti sejenak dan menilai ulang: apakah kita sungguh-sungguh mengejar yang hakiki, atau justru sedang tenggelam dalam tipuan dunia yang fana?


๐Ÿ“˜ Dalam hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat, manusia semakin kehilangan arah dalam memahami apa itu makna sejati dari kehidupan yang berhasil. Terlalu sering kita terperangkap dalam paradigma duniawi: mengejar gelar, kekayaan, pengaruh sosial, hingga status yang melenakan. Namun benarkah semua itu adalah indikator keberhasilan hakiki?

๐ŸŒŸ Tadzkirah ini menawarkan sebuah perspektif yang menggugah kesadaran—bahwa ada satu perjuangan yang tak pernah selesai, satu misi hidup yang melampaui batas usia, status, atau pencapaian duniawi: yakni perjuangan untuk menyelamatkan diri dari neraka dan meraih syurga Allah ๏ทป.

๐Ÿ“ข Dengan bahasa yang lugas namun menyentuh, tadzkirah ini mengajak kita untuk merefleksi—apa sebenarnya yang sedang kita perjuangkan setiap hari? Apakah perjuangan kita sejalan dengan tujuan akhir kehidupan menurut Islam?

๐Ÿ’ก Bagi Anda yang tengah mencari pencerahan, motivasi, dan arah hidup yang lebih hakiki, tadzkirah ini bukan sekadar audio biasa, tapi pelita bagi jiwa. Dengarkan hingga akhir, dan rasakan bagaimana semangat perjuangan dalam diri Anda bangkit kembali—tanpa perlu menunggu usia senja.

๐Ÿ”ฅ "Jika engkau merasa letih berjuang di dunia ini, maka bayangkan satu celupan dalam syurga mampu menghapus semua luka. Tapi satu celupan dalam neraka, cukup untuk menghapus semua nikmat dunia..." —Sebuah kalimat yang akan mengguncang persepsi Anda tentang hidup.

๐ŸŽง Dengarkan sampai akhir. Ini bukan hanya tentang nasihat—tapi tentang masa depanmu.


๐Ÿ“š Ringkasan Faedah Tadzkirah

1️⃣ Perjuangan Hidup Tak Berakhir di Usia Tua

Meskipun seseorang telah lanjut usia, perjuangan menuju akhir yang baik (แธฅusnul khฤtimah) tidak pernah usai. Bahkan semakin tua seseorang, perjuangannya justru makin berat karena semakin dekat dengan kematian. Ini mengingatkan pentingnya kesungguhan beragama hingga akhir hayat.

JIHAD: ANTARA DISTORSI MAKNA DAN AMANAH SYARIAT

Ketika agama dijadikan konten dan perjuangan direduksi menjadi tontonan, siapa yang masih berani berdiri menegakkan kebenaran? Tadzkirah ini membuka mata tentang hakikat jihad—bukan hanya pada medan tempur, tapi pada medan ilmu, lisan, dan jiwa. Sebuah panggilan intelektual dan spiritual bagi setiap Muslim untuk memahami perintah ini secara benar dan bertanggung jawab.

Oleh: Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis - Arsip Perkampungan Sunnah siri ke 9 05/2024

Perkampungan Sunnah Siri Ke-9, Tajuk JIHAD, MEMARTABATKAN DAKWAH MEMPERTAHANKAN UMMAH. Tarikh 3-5 Mei 2024 di Masjid Alwi Kangar Perlis. Diselenggarakan oleh Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Perlis.


๐Ÿงญ Pengantar

Dalam wacana keilmuan Islam, jihad bukanlah sekadar istilah yang diasosiasikan dengan kekerasan, tetapi merupakan konsep agung yang mencerminkan tanggung jawab seorang Muslim terhadap agamanya. Sayangnya, dalam dunia kontemporer yang dipenuhi misinformasi dan framing negatif terhadap Islam, istilah ini sering kali menjadi sumber fitnah, ketakutan, dan kesalahpahaman. Banyak Muslim hari ini enggan menyebut kata “jihad” karena khawatir dicap ekstremis, radikal, atau bahkan teroris.

Padahal, dalam Al-Qur’an dan Hadis, jihad adalah bagian integral dari keimanan yang tidak bisa dipisahkan dari karakter seorang mukmin sejati. Namun yang lebih memprihatinkan, jihad hari ini tak hanya ditolak oleh musuh Islam, tetapi juga diabaikan oleh umat Islam sendiri. Banyak yang puas dengan ibadah individual seperti shalat dan puasa, namun abai terhadap perintah berjihad dalam bentuk membela agama, menyampaikan kebenaran, dan menghadapi penyimpangan dengan hujah yang ilmiah.

Tadzkirah ini hadir untuk meluruskan makna jihad secara ilmiah dan ruhani, membongkar narasi-narasi menyesatkan, serta menyeru umat agar kembali menapaki jalan jihad dalam segala bentuknya—dari tangan, lisan, hingga hati. Karena jihad bukan milik kelompok tertentu, tapi kewajiban syar’i yang relevan sepanjang zaman. Jangan biarkan istilah ini hanya hidup di lisan musuh Islam, padahal ia sejatinya adalah mahkota iman.


๐Ÿ“š Rangkuman Faedah Ilmiah


๐Ÿ”น 1. Makna Jihad dalam Islam yang Komprehensif

Jihad bukan hanya bermakna peperangan fisik. Ia mencakup perjuangan dengan:

  • Harta dan jiwa (fi sabilillah) sebagai ciri mukmin sejati.

  • Lisan dan hujah, sebagaimana penekanan Al-Qur’an dalam jihadul-hujjah.

  • Hati, sebagai bentuk minimal keimanan ketika tidak mampu berbuat secara fisik.


ARTI SEBUAH HIJRAH

SAATNYA BERANI TINGGALKAN KENYAMANAN DEMI KEBENARAN

Oleh : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis

Tak semua yang nyaman itu baik, dan tak semua yang menyakitkan itu buruk. Dalam hidup, akan datang saat ketika kita harus meninggalkan sesuatu yang kita cintai—demi sesuatu yang lebih agung: kejujuran hati, kemurnian iman, dan keridhaan Allah. Tadzkirah ini bukan sekadar kisah pindah tempat, tapi ajakan untuk menilai ulang siapa yang ada di sekeliling kita, dan sejauh mana mereka mendekatkan atau menjauhkan kita dari surga.  


๐Ÿ“˜ Pengantar 

Dalam perjalanan sejarah umat Islam, hijrah Nabi ๏ทบ dari Makkah ke Madinah bukan hanya sebuah peristiwa perpindahan geografis. Ia adalah simbol perubahan arah hidup: dari kompromi menuju prinsip, dari keterikatan dunia menuju keterikatan kepada Allah.

Namun, sayangnya, makna hijrah dalam kehidupan modern sering direduksi menjadi simbolisme seremonial—arak-arakan, peringatan tahunan, atau jargon perubahan. Padahal, inti hijrah adalah keberanian spiritual untuk meninggalkan apa pun yang menghalangi kita dari kebenaran, meski itu berarti meninggalkan sahabat, keluarga, status, atau zona nyaman kita sendiri.

Tadzkirah ini mengurai hakikat hijrah sebagai proses memilih kebenaran meski harus kehilangan banyak hal. Lebih dalam lagi, ia menyentuh satu hal yang sering kita abaikan: betapa kuatnya pengaruh lingkungan dan teman terhadap nasib akhir kita.


๐Ÿ“š Ringkasan Faedah Tadzkirah


1️⃣ Hijrah adalah Keputusan Berani Meninggalkan Lingkungan yang Merusak

Hijrah bukan hanya berpindah tempat, tapi meninggalkan suasana yang menghalangi kita dari hidup dalam iman. Bahkan jika tempat itu memiliki nostalgia, nilai sejarah, atau kenyamanan duniawi, hijrah mengajarkan bahwa ridha Allah lebih penting daripada kenyamanan manusia.

๐ŸŒฟ “Hijrah adalah pilihan spiritual: meninggalkan tempat atau lingkungan yang menyesatkan demi kehidupan yang lebih dekat dengan Allah.”


TANPA ZIKIR, KAU HANYA BONEKA DUNIA YANG MENUNGGU HANCUR

Oleh : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis - Arsip 01-2023, Program Ziyarah Jabatan Mufti Negeri Perlis ke Masjid-masjid

Di dunia yang serba cepat dan penuh tekanan ini, ramai orang mencari "jalan pintas" untuk merasa bahagia, tenteram, dan sukses. Ada yang berlari mengejar harta, ada yang haus pujian manusia, ada yang penat menyesuaikan diri hanya demi diterima ramai.

Namun hakikatnya, makin dikejar, makin penat. Makin diburu, makin kosong. Dunia menawarkan begitu banyak kesibukan, tapi hanya sedikit yang memberikan kedamaian. Apa sebabnya? Kerana manusia lupa pada satu kunci utama yang sering kita abaikan: ZIKIR — mengingati Allah.

Note: jika dalam audio disebut istilah Mat Salih (istilah Melayu), maksudnya adalah orang putih atau bule.



๐Ÿ“– Zikir: Lebih dari Sekadar Lafaz, Ia Kunci Ketenangan dan Rahasia Keajaiban Hidup

Dalam sebuah sesi istimewa di Program Ziarah Jabatan Mufti Perlis, bersama Mufti SS Dato’ Prof. Dr. MAZA, terungkap hakikat, rahasia, dan keajaiban zikir yang sering kita remehkan. Bahkan lebih dalam dari itu, beliau mengingatkan: Jangan jadikan zikir sekadar lafaz lidah, tapi hadirkan Allah dalam hati.

Zikir bukan jampi, bukan mantera untuk kekayaan atau populariti. Ia adalah penghubung antara kita dengan Sang Pencipta. Zikir bukan sekadar “kiraan” berapa kali kita lafazkan, tetapi bagaimana ruh kita hadir bersama Allah setiap kali bibir ini menyebut nama-Nya.

Kalau anda rasa hidup penuh resah, dunia makin sempit, jalan terasa buntu, mungkin sudah saatnya anda kembali kepada kekuatan paling purba dalam diri seorang Muslim: ZIKIR.

๐Ÿ“Œ Berikut ringkasan komprehensif dari kajian penuh tersebut — lengkap dengan hikmah, dalil, dan pengalaman spiritual. 


✍️ RINGKASAN POIN-POIN UTAMA

  1. Definisi Zikir

    • Zikir bermaksud mengingati Allah. Bukan hanya lafaz di lidah, tetapi hadirnya hati bersama Allah.

    • Imam Nawawi menyebut dalam Al-Adzkar:
      ุงู„ุฐูƒุฑ ู‡ูˆ ุญุถูˆุฑ ุงู„ู‚ู„ุจ ู…ุน ุงู„ู„ู‡
      “Zikir itu menghadirkan hati bersama Allah.”

  2. Tujuan Agama

    • Seluruh amalan dalam agama — solat, puasa, zakat, haji, sedekah — semuanya bertujuan mendekatkan diri kepada Allah.

    • Jika seorang Mufti, Syekh, bahkan penceramah agama sekalipun tidak menghadirkan Allah dalam diri, maka sia-sia amalnya.

    • “Kalau sapu sampah pun, tapi hati sentiasa ingat Allah — dia lebih baik daripada yang alim tapi lalai.”

KETIKA KEBENARAN MENJADI TERANG DI TENGAH DUNIA YANG MEMBINGUNGKAN

Oleh: Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis

Mengapa ada orang yang terus merasa kosong meskipun sukses? Mengapa sebagian lainnya terlihat tenang, meski dunia tidak memihak? Tadzkirah ini menjelaskan bahwa kunci membedakan hak dan batil, pahit dan manis, serta kesuksesan sejati dalam hidup adalah satu: Al-Furqan, yakni Al-Qur’an yang mampu menanamkan kejelasan dan rasa yang benar dalam jiwa manusia.


✨ Dalam lintasan sejarah dan kehidupan manusia, kemampuan membedakan antara yang hak dan batil bukanlah kelebihan biasa—melainkan anugerah Ilahi yang menentukan arah hidup seseorang. Itulah hakikat Al-Furqan, salah satu nama agung dari Al-Qur’an. Sebuah kitab yang bukan hanya diturunkan sebagai bacaan suci, tapi sebagai instrumen perubahan persepsi dan jiwa.

Tadzkirah ini membedah dengan sangat menyentuh bagaimana Al-Qur’an menjadi "furqan" sejati—pembeda mutlak antara kebenaran dan kepalsuan. Betapa banyak manusia hari ini yang tidak bisa lagi membedakan antara jalan yang membawa ketenangan dan jalan yang menyesatkan, karena kehilangan rasa batin yang sehat.

Sebagian dari kita mengejar dunia tanpa henti, tetapi tetap merasa kosong. Yang lain mencapai puncak, namun kehilangan arah. Dalam kondisi seperti ini, fungsi Al-Qur’an bukan sekadar sebagai teks, tetapi sebagai "penyaring batin" yang menanamkan rasa dan arah hidup yang benar.


๐Ÿ“š Ringkasan Faedah Tadzkirah

1️⃣ Al-Qur’an Menjadi Furqan: Kemampuan Membeda yang Menyelamatkan

Al-Furqan berarti kemampuan membedakan antara yang benar dan salah. Tanpa furqan, manusia kehilangan arah. Bahkan mengenali rumah sendiri atau pasangan sendiri pun bisa keliru—apakah lagi dalam memahami hakikat hidup? Al-Qur’an diturunkan untuk menghidupkan kembali fungsi ini dalam jiwa manusia.

๐ŸŒฟ “Jika seseorang membaca Al-Qur’an tapi tidak bisa membedakan antara yang hak dan batil, maka sejatinya ia belum benar-benar membaca Al-Qur’an.”


TIADA PERANTARA: AGAMA YANG MURNI, AKIDAH YANG LURUS

Ketika agama dibajak oleh kepentingan segelintir manusia dan perantara dijadikan jalan untuk menguasai jiwa umat, maka sudah saatnya kita kembali kepada fitrah Islam: menghubungkan hati dengan Allah secara langsung—tanpa perantara, tanpa perniagaan atas nama ketuhanan. Tadzkirah ini adalah panggilan untuk membongkar eksploitasi berkedok agama dan mengembalikan akidah kepada jalur yang murni, sebagaimana dibawa oleh para Nabi.

Oleh : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis


๐Ÿ“˜ Dalam sejarah panjang agama-agama di dunia, salah satu penyimpangan paling serius adalah hadirnya “orang tengah” yang mengaku sebagai satu-satunya jalan penghubung antara manusia dan Tuhan. Mereka menjadi juru bicara surga, penjaga kebenaran, bahkan penjaga pintu taubat—hingga umat merasa tak layak berdoa kecuali lewat mereka. Sayangnya, realita ini juga menyelinap ke tengah umat Islam.

Tadzkirah ini mengupas dengan tajam fenomena eksploitasi agama oleh sebagian golongan yang menjadikan konsep perantara (wasilah yang batil) sebagai alat manipulasi. Mereka menjual citra "kesucian" dan "kedekatan dengan Tuhan", lalu memonopoli harapan dan ketakutan umat. Akibatnya, sebagian umat mulai merasa bahwa hubungan mereka dengan Allah terlalu jauh, dan hanya bisa ditempuh melalui para wali, tok guru, atau bahkan kubur.

Padahal Islam datang sebagai agama yang memuliakan akal dan membebaskan jiwa. Allah ๏ทป membuka pintu-Nya untuk setiap hamba—tanpa sekat, tanpa birokrasi ruhani. Islam tidak mengenal konfesi dosa kepada manusia, tidak mengenal syarat berdoa melalui jasad tertentu, dan tidak memberi otoritas apapun kepada siapa pun untuk menjadi “perantara tetap” antara manusia dan Tuhan.

Tadzkirah ini bukan hanya kritik terhadap penyimpangan, tetapi juga seruan untuk kembali kepada kemurnian akidah tauhid, sebagaimana firman Allah ๏ทป dalam Surah Az-Zumar:

ุฃَู„َุง ู„ِู„َّู‡ِ ุงู„ุฏِّูŠู†ُ ุงู„ْุฎَุงู„ِุตُ
"Ketahuilah, hanya bagi Allah-lah agama yang murni (bersih dari syirik)." (Az-Zumar: 3)

Jika Anda pernah merasa harus melalui “orang suci” untuk bisa didengar oleh Allah, maka tadzkirah ini akan menjadi lentera untuk membebaskan hati Anda—dan menyambung kembali hubungan ruhani langsung dengan Rabbul ‘ฤ€lamฤซn.


๐Ÿ“š Ringkasan Faedah Tadzkirah

1️⃣ Agama Islam: Hubungan Langsung dengan Allah

Islam adalah agama yang memuliakan hubungan langsung antara hamba dan Tuhannya. Tidak ada keperluan untuk perantara ruhani dalam berdoa, bertobat, atau mendekatkan diri kepada Allah. Semua hamba memiliki akses setara untuk bermunajat langsung kepada-Nya.

๐ŸŒธ "Tidak ada mufti, ustadz, wali, atau guru agama yang menjadi perantara mutlak antara manusia dan Allah. Yang ada hanyalah amal dan doa yang ikhlas."


2️⃣ Penolakan terhadap Budaya Pengakuan Dosa kepada Manusia

Islam tidak mengenal ritual seperti pengakuan dosa di hadapan sesama manusia (confession). Bahkan ketika seorang sahabat mengaku berbuat salah, Nabi ๏ทบ tidak menghukumnya melainkan mengarahkannya kepada pertaubatan dan kebaikan sebagai penebus.

๐Ÿ’ฌ "Kebaikan itu memadamkan kejahatan."


MEMAHAMI ISU KONSER DI SAUDI SECARA ILMIAH DAN BERIMBANG

Isu konser dan hiburan publik di Arab Saudi telah menimbulkan berbagai reaksi, mulai dari kritik tajam hingga tuduhan terhadap para ulama dan mazhab tertentu. Tadzkirah dari Shahibus Samahah Mufti Negeri Perlis ini mengajak umat untuk melihat permasalahan ini secara adil, ilmiah, dan proporsional—dengan menimbang peran ulama, batasan tanggung jawab agama, serta dinamika sosial yang sedang berlangsung. Saatnya memahami realitas tanpa prasangka dan menghindari kesalahan dalam menilai agama melalui kacamata politik sempit.

Oleh : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis


๐ŸŽง Konser, Ulama, dan Kemunafikan Kritik: Saat Tudingan Agama Menjadi Senjata Politik

Dalam dunia yang semakin terpolarisasi antara simbol keagamaan dan tekanan liberalisme global, peristiwa semisal konser musik di Arab Saudi mudah menjadi bahan bakar perdebatan panas. Sebagian langsung menyimpulkan bahwa munculnya hiburan publik di negeri yang dikenal ketat dalam agama adalah bukti “penyimpangan akidah Salafi”, “gagalnya ulama Saudi”, atau “kemunafikan Wahabi”.

❗Namun, pertanyaannya: apakah adil jika sebuah sistem keilmuan dan tradisi keulamaan dijatuhkan hanya karena praktik sosial yang tidak mewakili prinsip tersebut secara sah? Apakah kita siap menggunakan logika yang sama terhadap negeri-negeri Muslim lain yang penuh maksiat, meskipun mengklaim bermazhab Ahlus Sunnah yang moderat?

Tadzkirah ini mengajak kita untuk:

  • ๐Ÿ“Œ Membedah logika sesat di balik tuduhan-tuduhan simplistik terhadap Saudi.

  • ๐Ÿ“Œ Memahami kompleksitas masalah sosial-keagamaan di dunia Islam modern.

  • ๐Ÿ“Œ Menyadari pentingnya pendekatan reformis yang seimbang dalam menghadapi perubahan zaman.

๐Ÿ’ก Anda akan dibimbing untuk melihat isu ini bukan dari kacamata fanatik sektarian, tetapi dari kerangka maqasid syariah, prinsip keilmuan, dan keadilan berpikir. Tadzkirah ini bukan sekadar pembelaan terhadap negara atau mazhab tertentu, melainkan upaya membangun kesadaran umat agar tidak memperalat agama untuk menyudutkan sesama Muslim.

๐ŸŽง Dengarkan versi lengkap audionya agar Anda tidak terjebak dalam retorika cetek yang hanya mengulang-ulang tuduhan tanpa dasar ilmiah.


๐Ÿ“ RANGKUMAN FAEKAH LENGKAP & DETAIL


1️⃣ Kesalahan Metodologis dalam Menyalahkan Ulama karena Maksiat Pemerintah

Tadzkirah ini diawali dengan kritik terhadap kecenderungan sebagian pihak yang menyamaratakan dosa pemerintah dengan mazhab atau ulama yang ada di wilayah tersebut.

๐Ÿ”Ž Contoh-contoh yang dikemukakan:

  • Di Mesir, meskipun pusat Azhariyah kuat, praktik maksiat (tarian gelek, penipuan wisata, prostitusi) tetap banyak — namun tidak ada yang menyalahkan Asy’ariyah atau ulama Al-Azhar.

  • Di Malaysia, meskipun mayoritas bermazhab Syafi’i, tempat maksiat seperti kasino Genting tetap ada — tetapi tak seorang pun menyalahkan mazhab Syafi’i.

๐Ÿ“Œ Faedah: Kita tidak boleh menyandarkan perilaku sosial atau politik suatu negeri kepada ulama dan ajaran resmi mereka, kecuali ada bukti bahwa ulama itu membenarkannya.


DI UJUNG NAFAS, KITA AKAN PULANG

Sebuah perenungan mendalam tentang kematian, kehilangan, dan harapan abadi — ketika dunia tak lagi menggenggam kita, dan cinta sejati menanti di sisi Tuhan. Dengarkan kisah yang tak hanya menjawab rasa takutmu, tapi juga memulihkan rindumu.

Oleh : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis - Arsip 07/2025

๐Ÿšจ Pernahkah kamu membayangkan detik terakhir dalam hidupmu? Siapa yang akan menangis? Apa yang akan ditinggalkan? Dan… apa yang akan kamu bawa?

๐Ÿ”” Tadzkirah ini bukan sekadar membicarakan tentang kematian sebagai penutup kehidupan, tapi juga membuka mata bahwa kematian adalah awal dari perjumpaan hakiki dengan Allah, keluarga, dan cita-cita abadi kita.

๐Ÿ“š Dalam kehidupan modern yang sibuk dan hiruk-pikuk ini, manusia sering lupa bahwa kematian bukan hanya fakta biologis, tapi momen sakral yang memiliki dimensi aqidah, fiqh, akhlak, bahkan psikologi dan sosial.

๐ŸŽง Tadzkirah ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk menyadarkan.

Kematian ternyata bisa jadi:

  • Obat bagi kesedihan terdalam ๐Ÿฉน

  • Peneguh iman di tengah ketidakadilan ⚖️

  • Harapan untuk pertemuan kembali bersama orang tercinta di Surga ๐Ÿ•Œ๐Ÿ’ž

๐Ÿ’ก Apakah kamu pernah merasa tidak mampu membalas perlakuan buruk orang yang berkuasa? Percayalah, kematianlah yang membuktikan semua akan kembali pada keadilan Allah. Kematian adalah jawaban bagi yang terzalimi.

๐ŸŒˆ Bahkan dalam duka, kematian memberi harapan:

“Kita akan bertemu kembali di tempat yang lebih baik.”

๐Ÿ’ฌ Tadzkirah ini bukan hanya untuk didengar, tapi untuk direnungkan. Dengarkan hingga akhir, dan kamu akan menemukan:

  • Bagaimana syurga menjadi tempat reuni abadi bersama orang yang kita cintai ๐ŸŒบ

  • Mengapa mengenang si mati dengan doa dan amal lebih penting daripada menyimpan barang-barangnya ๐Ÿ“ฟ

  • Mengapa syurga tak hanya menjawab kebutuhan, tapi juga keinginan tersembunyi kita yang dulu pernah kita lupa ๐Ÿ•Š️

๐Ÿ”ฅ Jangan lewatkan audio penuh tadzkirah ini. Bisa jadi, ini adalah pesan yang akan menyentuh bagian terdalam dalam jiwamu.


๐Ÿ“ RINGKASAN ISI TADZKIRAH

๐Ÿ“Œ 1. Realitas Kematian: Kecil bagi Alam, Besar bagi Individu

  • Kematian mungkin hal biasa bagi perjalanan alam semesta, tapi sangat besar bagi manusia sebagai individu.

  • Kematian memutuskan harapan dan cita-cita, membuat banyak urusan dunia tak lagi relevan.

๐Ÿ“Œ 2. Fungsi Kematian dalam Kehidupan Beriman

  • Karena adanya kematian, manusia menjaga ibadah dan meninggalkan larangan.

  • Kematian menjadi kontrol alami agar manusia tidak hidup sembarangan.

  • Kesedihan karena kematian bisa menjadi obat hati, karena ia mengingatkan bahwa keadilan Allah akan berlaku untuk semua.

LUKA SEJARAH YANG SARAT HIKMAH

Perang antar sahabat bukan untuk kita hakimi, apalagi dijadikan bahan hujatan. Ia adalah babak sejarah yang menyayat hati, namun sarat hikmah bagi generasi setelahnya. Di balik perpecahan para tokoh surga ini—Ali, Aisyah, Thalhah, dan Zubair—tersimpan pelajaran besar tentang akhlak, ukhuwah, dan cara menyikapi perbedaan. Tadzkirah ini bukan untuk mengungkit luka, tapi mengajak kita menyalakan pelita hikmah: agar kita tidak mengulang luka yang sama. Karena sejarah umat Islam bukan sekadar deretan kemenangan, tapi juga luka yang hanya bisa disembuhkan oleh ilmu, adab, dan empati. Maka, jangan warisi amarahnya, tapi warisi hikmahnya.

Oleh : Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis


Ketika Sahabat Berselisih: Luka Sejarah yang Tak Kita Abaikan, Tapi Juga Tak Kita Hakimi

Sejarah umat Islam bukan hanya berisi kemenangan, tapi juga luka-luka besar yang masih membekas hingga hari ini. Salah satunya adalah konflik yang terjadi di antara para sahabat Nabi ๏ทบ — orang-orang terbaik, murid langsung Rasulullah, yang mencintai Islam dengan sepenuh jiwa.

Tadzkirah ini tidak mengajak untuk mengungkit aib atau membuka ruang celaan, melainkan mengajak kita memahami dengan hati yang lapang dan akal yang adil:

  • Mengapa terjadi fitnah besar setelah wafatnya Utsman bin Affan?
  • Apa yang sebenarnya terjadi antara Sayyidina Ali, Aisyah r.a., Thalhah dan Zubair?
  • Bagaimana kita menyikapi peristiwa menyakitkan ini sebagai Muslim masa kini?

Kita semua mencintai para sahabat Nabi ๏ทบ. Mereka manusia — mereka bisa berselisih. Tapi mereka juga orang yang paling dekat dengan Allah dan Rasul-Nya. Daripada mewarisi kebencian, marilah kita warisi pelajaran: (1) Jaga lisan, jaga hati. (2) Utamakan ukhuwah di atas perbedaan. (3) Jadikan sejarah sebagai guru, bukan senjata.

๐Ÿ“Œ Ringkasan Poin-Poin Utama : 

1. Fitnah Besar Dimulai dengan Pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan

  • Utsman dibunuh secara keji dalam keadaan berpuasa dan membaca Al-Qur’an.
  • Para sahabat ingin membelanya, tapi beliau menolak pertumpahan darah terjadi demi dirinya.

2. Kekosongan Kepemimpinan Memicu Kekacauan

  • Selama sekitar 40 hari, umat Islam tidak memiliki khalifah.
  • Kelompok pemberontak mendesak para tokoh sahabat (Thalhah, Zubair, dan Ali) untuk memimpin.

3. Ali bin Abi Thalib Diangkat Menjadi Khalifah dalam Situasi Penuh Fitnah

  • Ali menanggung beban berat dengan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar.
  • Ia memilih menunda hukuman terhadap pembunuh Utsman demi stabilitas umat.

4. Sebagian Sahabat Menuntut Keadilan untuk Utsman Segera

  • Thalhah, Zubair, dan Aisyah r.a. mendesak penegakan hukum atas pembunuh Utsman.
  • Mereka keluar menuju Basrah untuk membangun konsensus, bukan dengan niat perang.

BELAJAR ISLAM DARI NEGERI NON-MUSLIM: REFLEKSI TAZKIRAH DARI KIGALI, RWANDA

Saat kita mengira bahwa Islam hanya bernafas di negeri-negeri Muslim, Kigali — ibu kota Rwanda — justru memberi kejutan: kota bersih, masyarakat tertib, dan ulama Muslim berdialog damai dengan pemerintah yang non-Muslim. 

Oleh: Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA - Mufti Kerajaan Negeri Perlis - Arsip Kunjungan Kerajaan ke Rwanda dan Kenya , 07/2025



๐ŸŒ Islam dalam Nilai, Bukan Sekadar Nama: Belajar dari Negeri yang Kita Remehkan

Dalam banyak ayat dan atsar, Islam memerintahkan tegaknya nilai-nilai moral dan sosial yang universal—bukan sekadar simbol, struktur, atau status keagamaan. Allah ๏ทป berfirman dalam Surah An-Naแธฅl:

ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ูŠَุฃْู…ُุฑُ ุจِุงู„ْุนَุฏْู„ِ ูˆَุงู„ุฅِุญْุณَุงู†ِ

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat ihsan (kebaikan sempurna).” (QS. An-Naแธฅl: 90)

Ayat ini merupakan landasan agung bagi tatanan masyarakat, di mana keadilan adalah fondasi dan ihsan adalah puncaknya. Dalam lanjutan tafsir ayat ini, para ulama menjelaskan bahwa negara atau masyarakat mana pun yang menegakkan dua unsur ini—adil dan ihsan—akan diberi keteguhan dan keberlangsungan, meskipun secara formal mereka bukan Muslim.

๐Ÿง  Hal ini ditegaskan pula oleh Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ dalam kaidah sosial-politik yang tajam dan tak lekang oleh zaman:

ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ูŠُู‚ِูŠู…ُ ุงู„ุฏَّูˆْู„َุฉَ ุงู„ุนَุงุฏِู„َุฉَ ูˆَุฅِู†ْ ูƒَุงู†َุชْ ูƒَุงูِุฑَุฉً، ูˆَูŠُู‡ْู„ِูƒُ ุงู„ุฏَّูˆْู„َุฉَ ุงู„ุธَّุงู„ِู…َุฉَ ูˆَุฅِู†ْ ูƒَุงู†َุชْ ู…ُุณْู„ِู…َุฉً

“Sesungguhnya Allah akan menegakkan negara yang adil walaupun kafir, dan Allah akan menghancurkan negara yang zalim walaupun Muslim.” (Majmลซ‘ al-Fatฤwฤ 28/146)

Pernyataan ini membuka mata kita bahwa keberlangsungan suatu bangsa tidak bergantung pada label agama, tetapi pada konsistensinya dalam menegakkan keadilan dan menjauhi kezaliman.

Rwanda, negara kecil di Afrika Timur yang bukan negara Muslim, dan presidennya seorang Katolik, justru memberi pelajaran moral yang menyentak:
• Kota bersih dan bebas dari plastik
• Masyarakat tenang dan tertib
• Pemerintah tegas namun berwibawa
• Sistem sosial berjalan tanpa kekacauan

Semua itu terjadi tanpa adanya jargon “syariah” di konstitusi mereka. Tapi nilai-nilai Islam seperti kebersihan, amanah, dan ketertiban hidup dalam praktik sehari-hari.

Sementara itu, tak sedikit negeri yang mayoritasnya Muslim malah dirundung krisis: korupsi sistemik, kerusuhan politik, layanan publik yang kacau, dan umat sibuk bertengkar atas nama agama—tapi lupa menegakkan keadilan dan ihsan yang diperintahkan Tuhan mereka.

๐Ÿ“Œ Tazkirah ini bukan ajakan untuk membandingkan secara kasar antara Muslim dan non-Muslim, tapi refleksi kritis terhadap kondisi internal umat. Bahwa selama kita masih mengira Islam cukup diwakili oleh nama, simbol, atau orasi politik—dan bukan oleh nilai yang hidup dalam masyarakat—maka kita akan terus tertinggal dari mereka yang justru menjalankan prinsip-prinsip Islam meski tak mengakuinya.

๐Ÿ“ฃ Maka, inilah saatnya kita bertanya jujur:

Apakah kita masih pejuang Islam sejati, atau sekadar pewaris identitas kosong?

 


๐Ÿ“š Ringkasan Faedah Lengkap: “Tazkirah dari Kigali, Rwanda”

1️⃣ Rwanda sebagai Cermin Sosial: Disiplin dalam Realita

  • Rwanda kini bersih, tertib, dan bebas dari plastik sekali pakai. Pemerintah menegakkan aturan dengan tegas, rakyat mematuhinya dengan tenang.

  • Meskipun bukan negara Islam, nilai-nilai yang diamalkan mencerminkan ajaran Islam — terutama dalam kebersihan, keteraturan, dan ketenangan sosial.


2️⃣ Genosida 1994 dan Kebangkitan Nasional

  • Rwanda pernah luluh lantak akibat konflik suku Hutu-Tutsi yang menewaskan hampir 1 juta jiwa.

  • Namun dengan kepemimpinan yang tegas dan rekonsiliasi nasional, negara ini bangkit dan menjadi model keteraturan.

  • Pelajaran: kesatuan dan visi kepemimpinan bisa mengubah bangsa yang hancur menjadi simbol kemajuan.


KHURAFAT DIBUNGKUS DAKWAH: SAAT AGAMA MENJADI ALAT MANIPULASI

Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis
Arsip 07/2025

๐ŸŽ™️ ๐Ÿง  Kalau agama menjadikanmu makin tak logis, bisa jadi yang kamu ikuti bukan Islam… tapi kultus terselubung.

Di zaman serba canggih ini, kita masih melihat fenomena aneh yang terus berulang:

  • Orang-orang memuja “ustaz spesial” seolah perkataannya lebih tinggi dari wahyu,

  • Habib-habib yang menjual jubah dan air bekas minumannya seharga ratusan ribu,

  • Motivator agama yang menggabungkan zikir dengan “energi semesta” dan teori bisnis angin-anginan ๐ŸŒ€

Lebih menyedihkan lagi, semua itu dibungkus dengan dalih “ajaran Islam”. Padahal, Nabi SAW datang untuk memurnikan tauhid, bukan menambah ritual khayalan. Nabi menolak keras segala bentuk khurafat, bahkan ketika itu bisa menaikkan reputasinya sendiri.

Ceramah ini menyentil satu realitas pahit: banyak orang lebih mudah percaya kepada “kultus ulama” dibanding kepada dalil. Lebih percaya pada “berkah sandal guru” daripada petunjuk Quran. Lebih sibuk mencari keramat di batu dan kubur, daripada belajar makna sebenarnya dari ibadah dan keimanan.

๐Ÿ“Œ “Agama ini bukan milik mufti, bukan milik ustaz, bukan milik habib — tapi milik Allah. Jalan agama ini adalah jalan menuju Allah, bukan menuju popularitas guru agama.”

Dalam suasana yang santai tapi serius, materi ini membawa kita merenung:

Seberapa banyak dari “agama” yang kita yakini… sebenarnya cuma khayalan kolektif dan manipulasi dari segelintir elit agama?

๐ŸŽง Kalau kamu penasaran bagaimana cara membedakan antara iman dan ilusi, antara petunjuk dan penipuan berselimut agama, kamu wajib dengarkan sampai akhir.


✍️ Ringkasan Faedah Lengkap:

1️⃣ Tauhid vs Kultus Tokoh Agama

  • Nabi SAW tidak pernah memanfaatkan situasi untuk menambah pujian bagi dirinya.

  • Contoh saat wafatnya putra beliau (Ibrahim), terjadi gerhana matahari — namun Nabi menegaskan: gerhana bukan karena kematian siapa pun, tapi karena tanda dari Allah.

  • Pesan: Jangan jadikan kejadian alam sebagai penguat karisma tokoh. Tauhid murni menolak glorifikasi yang tak berdasar.


2️⃣ Waspada Manipulasi Agama demi Uang

  • Ada oknum yang mengaku habib atau wali, lalu menjual “air berkah”, “jubah berkah”, atau “izin spiritual” demi keuntungan pribadi.

  • Mereka menciptakan cerita aneh-aneh agar dipuja.

  • Qur’an telah memperingatkan: “Banyak dari orang berilmu agama dan ahli ibadah memakan harta manusia secara batil dan menghalangi dari jalan Allah.”


MASIH ADAKAH SINAR UNTUKKU

ุนู† ุฃุจูŠ ุณุนูŠุฏ ุงู„ุฎุฏุฑูŠ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู…ุฑููˆุนุงً: «ุฅู†َّ ุงู„ุดูŠุทุงู†َ ู‚ุงู„: ูˆุนِุฒَّุชِูƒ ูŠุง ุฑุจ، ู„ุง ุฃَุจุฑุญُ ุฃُุบูˆูŠ ุนุจุงุฏَูƒ ู…ุง ุฏุงู…ุช ุฃุฑูˆุงุญُู‡ู… ููŠ ุฃุฌุณุงุฏู‡ู…، ู‚ุงู„ ุงู„ุฑุจُّ: ูˆุนِุฒَّุชูŠ ูˆุฌَู„ุงู„ูŠ ู„ุง ุฃุฒุงู„ ุฃุบูุฑُ ู„ู‡ู… ู…ุง ุงุณุชุบูุฑูˆู†ูŠ». [ุญุณู†] - [ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุฅู…ุงู… ุฃุญู…ุฏ]


Dari Abu Sa'ฤซd Al-Khudri RA secara marfลซ': "Sesungguhnya setan berkata, 'Demi kemuliaan-Mu wahai Tuhanku, aku tidak akan pernah berhenti menyesatkan hamba-hamba-Mu selama nyawa mereka berada di tubuhnya.' Allah berfirman, 'Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan henti-hentinya memaafkan mereka, selama mereka memohon ampun kepadaku.' Hadis Hasan - Diriwayatkan oleh Ahmad

Arsip Februari 2020

Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis



๐ŸŒค️ Ketika Hidup Terasa Gelap, Masih Adakah Cahaya Itu?

Ada masa dalam hidup… kita merasa semua sudah terlambat. Terlambat untuk berubah. Terlambat untuk dimaafkan. Terlambat untuk memulai kembali.

Kita tenggelam dalam masa lalu yang menggelapkan hati. Dalam kesalahan yang terus menghantui pikiran. Dan dalam rasa bersalah yang diam-diam mematahkan harapan.

Ini bukan tadzkirah untuk menghakimi. Ini adalah cerita tentang manusia yang jatuh, lalu mencoba berdiri — walau perlahan, walau terluka. Tentang harapan yang tumbuh dari rasa hancur. Tentang dosa yang berat… tapi ampunan Allah yang jauh lebih luas.

Entah kamu sedang di luar atau di dalam jeruji, sedang terikat oleh masa lalu, atau dihantui rasa kecewa pada diri sendiri — tadzkirah ini adalah suara yang bisa jadi sedang kamu tunggu.

Dengarkan. Renungkan. Mungkin inilah awal cahaya itu kembali menyentuh hatimu.


๐Ÿ“Œ Ringkasan Lengkap Tadzkirah


๐ŸŒค️ 1. Pintu Penjara Sempit, Tapi Pintu Taubat Allah Sangat Luas

  • Penjara adalah ruang yang sempit, tapi pintu rahmat dan taubat Allah terbuka di mana saja — bahkan di tempat yang tertutup sekalipun.

  • Nabi ๏ทบ bersabda:

    "Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama belum sampai ruhnya ke tenggorokan." (HR. Tirmidzi)


๐Ÿ•Š️ 2. Siapa Saja Bisa Berubah, Siapa Saja Bisa Diuji

  • Di penjara ada orang yang bersalah, ada yang tidak. Ada yang benar-benar menyesal, ada yang sedang mencari jalan pulang.

  • Bahkan Nabi Yusuf AS pernah memilih masuk penjara untuk menjaga kehormatan dan imannya (QS. Yusuf: 33).


๐Ÿ“š 3. Penjara Bukan Akhir — Bisa Jadi Awal Perubahan

  • Banyak ulama besar pernah dipenjara, seperti Buya Hamka, yang justru menulis tafsir Al-Azhar di balik jeruji.

  • Dalam keterbatasan, seseorang bisa menemukan kembali makna hidup dan nilai dirinya di sisi Allah.

STUCK DI TEMPAT? INILAH RESEP HIDUP & ILMU DARI IMAM ASY-SYAFI’I

Arsip 12-2016, Tadzkirah untuk muslimin minoritas di Australia

Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Negeri Perlis

๐Ÿ“œ Teks Syair:

ุฅู†ูŠ ุฑุฃูŠุช ูˆู‚ูˆู ุงู„ู…ุงุก ูŠูุณุฏู‡
ุฅู† ุณุงุญ ุทุงุจ ูˆุฅู† ู„ู… ูŠุฌุฑ ู„ู… ูŠุทุจِ

ูˆุงู„ุฃุณุฏ ู„ูˆู„ุง ูุฑุงู‚ ุงู„ุฃุฑุถ ู…ุง ุงูุชุฑุณุช
ูˆุงู„ุณู‡ู… ู„ูˆู„ุง ูุฑุงู‚ ุงู„ู‚ูˆุณ ู„ู… ูŠุตุจِ

ูˆุงู„ุดู…ุณ ู„ูˆ ูˆู‚ูุช ููŠ ุงู„ูู„ูƒ ุฏุงุฆู…ุฉً
ู„َู…َู„َّู‡ุง ุงู„ู†ุงุณ ู…ู† ุนุฌู…ٍ ูˆู…ู† ุนุฑุจِ

ูˆุงู„ุชุจุฑ ูƒุงู„ุชุฑุจ ู…ู„ู‚ู‰ ููŠ ู…ุนุงุฏู†ู‡ِ
ูˆุงู„ุนูˆุฏ ููŠ ุฃุฑุถู‡ ู†ูˆุนٌ ู…ู† ุงู„ุญุทุจِ

ูุฅุฐุง ุชุบุฑّุจ ู‡ุฐุง ุนุฒّ ู…ุทู„ุจู‡
ูˆุฅู† ุชุบุฑّุจ ุฐุงูƒ ุนุฒّ ูƒุงู„ุฐู‡ุจِ

๐Ÿ“Œ Terjemahan Bahasa Indonesia:

Aku melihat air yang diam akan rusak,
Bila mengalir, ia menjadi jernih, jika tidak, ia akan busuk.

Singa, kalau tidak meninggalkan sarangnya, Tak akan bisa memangsa.
Anak panah, bila tidak meninggalkan busurnya, Tak akan pernah mengenai sasaran.

Matahari, bila terus diam di tempatnya,
Akan membosankan manusia, baik dari bangsa Arab maupun non-Arab.

Emas, bila tetap di tambangnya, Akan dianggap seperti debu.
Kayu gaharu di hutan hanyalah sekedar kayu biasa, Tapi bila dibawa keluar, ia jadi berharga.

Jika seseorang pergi merantau, Martabatnya akan meningkat.
Kalau kayu gaharu saja dibawa keluar jadi mahal, Apalagi manusia yang keluar mencari ilmu — ia seperti emas murni.

๐Ÿ“Œ Konteks Puisi: Puisi ini adalah motivasi Imam Asy-Syafi’i yang menegaskan bahwa diam di satu tempat itu membusukkan jiwa dan pikiran. Hanya dengan bergerak, berpindah, mencari pengalaman baru, dan menuntut ilmu di berbagai tempat, seseorang bisa memperkaya akal, memperhalus adab, dan meningkatkan derajatnya.

๐Ÿ“ Catatan Tambahan: Teks ini diakui sebagai bagian dari Diwan Imam Syafi’i, sebuah kompilasi syair-syair yang disandarkan kepada beliau. Meski ada perbedaan versi teks dalam beberapa manuskrip, substansinya konsisten: anjuran keras untuk merantau demi ilmu dan kemuliaan diri.

-----------------------------------------

Pernah merasa hidup begini-begini saja? Terjebak di lingkungan yang sama, pikiran yang itu-itu juga, padahal dunia luas tak terhingga? Kalau iya, mungkin sudah waktunya kita merenungi pesan yang tajam dari Imam Asy-Syafi’i:

"Aku melihat air yang tergenang akan rusak. Kalau mengalir, ia akan jernih. Kalau tidak, ia akan busuk."

Kehidupan itu serupa air. Ia harus terus mengalir, menjelajah, berpindah tempat, merasai ragam pengalaman — baru ia akan jernih, bermanfaat, dan memberi makna. Kalau hanya diam di tempat, tak berani keluar dari zona nyaman, kita sama saja dengan air yang lama-lama membusuk.

Kisah-kisah dalam sejarah Islam, mulai dari Imam Syafi’i, Ibn Hazm, hingga Al-Asma’i, membuktikan bahwa merantau dan kembara ilmu bukan sekadar hobi, tapi keperluan untuk memperluas wawasan, memperhalus adab, bahkan memperbaiki taraf hidup.

Lebih jauh, kita diingatkan tentang hakikat hijrah dalam Islam — bukan sekadar pindah fisik, tapi pindah ke tempat di mana agama, akhlak, dan kehidupan kita bisa lebih baik. Bahkan kadang, hidup di negeri non-Muslim bisa jadi lebih Islami dalam praktiknya dibanding negeri mayoritas Muslim yang penuh korupsi dan ketidakadilan.

Ingin tahu lebih lanjut? Simak ringkasan lengkap berikut — dan bersiaplah untuk terdorong mengevaluasi: Sudah sejauh mana aku bergerak?


๐Ÿ“Œ RINGKASAN POIN-POIN UTAMA

1️⃣ Puisi Imam Syafi’i tentang Pentingnya Merantau:

ุฅِู†ِّูŠ ุฑَุฃَูŠْุชُ ูˆُู‚ُูˆูَ ุงู„ْู…َุงุกِ ูŠُูْุณِุฏُู‡ُ
ุฅِู†ْ ุณَุงุญَ ุทَุงุจَ ูˆَุฅِู†ْ ู„َู…ْ ูŠَุฌْุฑِ ู„َู…ْ ูŠَุทِุจِ

Air yang diam membusuk. Bergeraklah! Tinggalkan tempat asal, bermusafirlah, karena di situlah ilmu dan pengalaman baru ditemukan.

2️⃣ Hidup Itu Harus Susah Dulu, Baru Nikmat
Lelah, penat, susah payah adalah bagian dari kenikmatan hidup. Siapa takut susah, siap-siap hidupnya hambar dan tak bermakna.

3️⃣ Ibarat Singa & Anak Panah
Singa takkan jadi garang jika hanya tinggal di sarang. Anak panah takkan mengenai sasaran jika tak dilepaskan dari busur. Begitulah manusia, harus berani keluar untuk berkembang.

SEJARAH YANG SANGAT SEDIH

Tragedi Terbunuhnya khalifah Utsman dan Pertelingkahan Para Sahabat, radhiyallahu'anhum ajma'in.

Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis



Ketika Sahabat Berselisih: Luka Sejarah yang Tak Kita Abaikan, Tapi Juga Tak Kita Hakimi

Sejarah umat Islam bukan hanya berisi kemenangan, tapi juga luka-luka besar yang masih membekas hingga hari ini. Salah satunya adalah konflik yang terjadi di antara para sahabat Nabi ๏ทบ — orang-orang terbaik, murid langsung Rasulullah, yang mencintai Islam dengan sepenuh jiwa.

Ceramah ini tidak mengajak untuk mengungkit aib atau membuka ruang celaan, melainkan mengajak kita memahami dengan hati yang lapang dan akal yang adil:

  • Mengapa terjadi fitnah besar setelah wafatnya Utsman bin Affan?
  • Apa yang sebenarnya terjadi antara Sayyidina Ali, Aisyah r.a., Thalhah dan Zubair?
  • Bagaimana kita menyikapi peristiwa menyakitkan ini sebagai Muslim masa kini?

Kita semua mencintai para sahabat Nabi ๏ทบ. Mereka manusia — mereka bisa berselisih. Tapi mereka juga orang yang paling dekat dengan Allah dan Rasul-Nya. Daripada mewarisi kebencian, marilah kita warisi pelajaran: (1) Jaga lisan, jaga hati. (2) Utamakan ukhuwah di atas perbedaan. (3) Jadikan sejarah sebagai guru, bukan senjata.

๐Ÿ“Œ Ringkasan Poin-Poin Utama Ceramah: 

1. Fitnah Besar Dimulai dengan Pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan

  • Utsman dibunuh secara keji dalam keadaan berpuasa dan membaca Al-Qur’an.
  • Para sahabat ingin membelanya, tapi beliau menolak pertumpahan darah terjadi demi dirinya.

2. Kekosongan Kepemimpinan Memicu Kekacauan

  • Selama sekitar 40 hari, umat Islam tidak memiliki khalifah.
  • Kelompok pemberontak mendesak para tokoh sahabat (Thalhah, Zubair, dan Ali) untuk memimpin.

KITA DIJAJAH BUKAN KARENA LEMAH BADAN, TAPI LEMAH AKAL & AKIDAH

Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis


๐Ÿ”ฅ Dulu Nusantara ini penuh cerita sakti. Pedang bisa terbang, orang bisa berubah wujud, kulit kebal ditembak. Tapi… ujung-ujungnya tetap dijajah juga. Kenapa bisa begitu? Di mana salahnya kita?

Kita ini keturunan bangsa besar — tanah Nusantara dulu katanya penuh kesaktian. Ilmu pedang bisa terbang, orang bisa berubah rupa, silat kebal ditembak tak mempan. Bangga betul kita dengan cerita-cerita begitu. Konon warisan Hang Tuah lah, konon pendekar Jawa lah, sampai yang bisa terbang jadi kumbang lah. Masalahnya, semua itu cuma bikin kita terlena.

Terus terang saja — kalau sakti benar, kenapa kita bisa dijajah ratusan tahun? Negara sekecil Belanda, naik kapal berbulan-bulan, datang cuma bawa senapan dan meriam — eh kita yang punya ilmu kebal malah tunduk, dijajah sampai empat abad lebih. Itu bukti telak:

➡️ Kita sibuk kejar mistik, lupa bangun otak.
➡️ Kita larut dalam superstisi, lupa belajar strategi.
➡️ Kita asyik cari “berkat” dari benda mati, tapi lupa siapa sebenarnya yang kita sembah.

Dan jangan kira hari ini kita sudah bebas. Masih banyak di antara kita yang otaknya belum nyambung.
Salat belum selesai, imam baru salam ke kanan, sudah loncat mau cium Hajar Aswad. Katanya mau cari berkah, padahal Allah — yang nyuruh kita salat — malah kita tinggalin dulu. Ini bukan soal keras atau lembek, ini soal waras. Kalau agama kita sampai bikin kita bego, gampang ditipu, gampang hanyut, itu berarti kita gak ngerti agama yang sebenarnya.

Makanya, ceramah ini keras. Karena kalau mau jujur, ini penyakit lama yang bikin kita kena jajah, bikin kita lemah, bikin kita gampang diombang-ambing dongeng mistik, lalu bilang “ini Islam”. Padahal Islam itu syariatnya adil, rahmat, penuh hikmah dan maslahat. Kalau keluar dari semua itu, kata Imam Ibn Qayyim, “itu bukan syariat Islam, walaupun dibungkus dalil dan takwil aneh-aneh.”

Ini waktunya kita bangkit.Tinggalkan agama model “tahayul” yang bikin kita malas mikir. Balik ke Islam murni — yang bikin kita cerdas, berani, bernilai. Jangan sampai sejarah kelam itu terulang. Karena kali ini, kalau dijajah lagi, bukan hanya tubuh kita yang diperbudak, tapi otak & iman kita yang betul-betul dirantai.


✍️ Ringkasan Poin-Poin Utama

Berikut ringkasan isi ceramah dari awal sampai akhir, dikemas dengan tanda ikon supaya mudah dicerna:

๐Ÿ”น Cerita tentang “kehebatan” masa lalu

  • Tanah Melayu & Indonesia dulu terkenal dengan ilmu pedang terbang, berubah wujud, silat kebal.

  • Legenda Hang Tuah vs Taming Sari, orang jadi kumbang, keris terbang — semua penuh warna mistik.

⚔️ Tapi realitanya, kena jajah juga

  • Belanda negara kecil, datang jauh naik kapal, cuma bawa senapan & meriam.

  • Tapi berhasil menjajah Indonesia lebih dari 400 tahun.

  • Karena kita terlalu percaya superstisi, lupa bangun kekuatan sejati.

BERHENTI SEKARANG ATAU NANTI? NASIHAT UNTUK PEGAWAI BANK

Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis



๐Ÿ”ฅ Kamu tau nggak kenapa sistem ekonomi hari ini terasa brutal banget?

Kenapa jurang antara yang kaya sama yang miskin makin nganga lebar, sementara kamu duduk rebahan scrolling TikTok, nonton orang pamer saldo ratusan juta sambil bilang: “Kerja keras dong kayak gue!”

Jawabannya simple: karena dunia ini diem-diem dibangun di atas pondasi riba. Riba itu bikin manusia berubah. Jadi makhluk paling licik yang rela nindas saudara sendiri — asal rekeningnya aman, hartanya nambah, bisnisnya terus muter.

Contohnya?

  • Saat harga kentang turun di pasar dunia, perusahaan gede lebih milih buang ton-ton kentang ke laut daripada dibagiin gratis ke orang miskin.

  • Kenapa?
    Karena kalau dikasih gratis, harga kentang bakal jatuh makin parah. Mereka nggak mau rugi.

Prinsipnya?

“Kalau lo lapar, ya urusan lo. Yang penting gue tetep profit.”

Inilah mental kapitalis riba:

  • Nggak ada lagi nurani, semua dihitung untung-rugi.

  • Nggak ada peduli orang mati kelaparan, asal mereka bisa upgrade yacht baru.

Dan kita diem-diem ikut nelen sistem ini mentah-mentah.

  • Bank kasih bunga? Asik.

  • Paylater? Cuan dulu, mikir nanti.

  • Investasi utang ribawi? Yang penting chart naik.

Padahal, pelan-pelan, sistem riba ini makan peradaban. Dia menormalisasi keserakahan. Dia bikin orang senyum saat orang lain bangkrut. Dia ajarin kita jadi zombie konsumerisme yang cuma mikirin perut sendiri.


๐Ÿ“Œ Ringkasan Poin-Poin Utama:


๐Ÿฆ 1. Permasalahan Utama: Kerja di Bank Konvensional

  • Pertanyaan utama: Apakah wajib langsung berhenti kerja di bank yang menggunakan sistem riba, atau bisa menunggu sampai dapat kerja lain?

  • Banyak orang pakai alasan “kerja susah dicari”, tapi itu bukan alasan sah untuk terus mendukung sistem yang haram.


SELAWAT: IBADAH ATAU AJANG HIBURAN?

Arsip Juli 2025

Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis


๐ŸŽ“ Kamu rajin berselawat, tapi… sudah yakin itu benar seperti yang Nabi ๏ทบ ajarkan?

Di tengah tren majlis selawat yang makin ramai — dari yang menyentuh hati hingga yang mirip konser — muncul pertanyaan penting: Apakah semua bentuk selawat itu benar secara syariat? Atau justru, kita sedang terseret dalam euforia tanpa ilmu?

Dalam ceramah ini, Mufti mengajak kita menelusuri makna selawat dari sumber utama: Al-Qur’an dan hadits shahih. Beliau mengupas arti selawat, tujuan utama berselawat, hingga kekeliruan umum — seperti menjadikan selawat sebagai sarana mencari dunia, ajang popularitas, bahkan kepercayaan bahwa selawat bisa "memanggil Nabi".

๐Ÿง  Jika kamu ingin memahami makna selawat secara mendalam, jernih dan otentik, audio ini adalah bekal penting. Jangan sampai amalan sebesar ini justru kehilangan makna karena dibungkus budaya tanpa dalil.

๐ŸŽง Dengarkan, renungkan, lalu perbaiki niat dan cara berselawat kita… karena ini bukan soal tren, tapi soal ketaatan kepada perintah Allah dan cinta sejati kepada Rasulullah ๏ทบ.


๐Ÿ“Œ Ringkasan Poin-Poin Utama:

๐Ÿ“– 1. Dasar Perintah Selawat dari Al-Qur’an

  • Surah Al-Ahzab:

    ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ูˆَู…َู„َุงุฆِูƒَุชَู‡ُ ูŠُุตَู„ُّูˆู†َ ุนَู„َู‰ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ۚ ูŠَุง ุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ุตَู„ُّูˆุง ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„ِّู…ُูˆุง ุชَุณْู„ِูŠู…ًุง
    (QS. Al-Ahzab: 56)

  • Allah dan para malaikat berselawat kepada Nabi ๏ทบ. Maka orang beriman diperintah untuk berselawat dan bersalam kepadanya.


LARANGAN BERADA DI MAJLIS MUNGKAR

Arsip Juli 2025

Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis


Pernahkah kita duduk dalam satu pertemuan — entah saat jamuan makan, ngobrol santai, atau sekadar mendengar ceramah — lalu tiba-tiba pembicaraannya mulai mengarah pada hal yang tak pantas?
Misalnya, menertawakan ayat-ayat Al-Qur’an, meremehkan sunnah Nabi ๏ทบ, atau melecehkan syariat Allah.

Sebagian orang memilih diam, mungkin karena sungkan menegur, takut memutus silaturahim, atau merasa “itu bukan urusan saya.” Namun tahukah kita, dalam pandangan Islam, diam atau tetap duduk dalam majlis seperti ini justru membuat kita sama seperti pelakunya?

Ini bukan pendapat ustaz semata, tetapi peringatan langsung dari Allah dalam Al-Qur’an, juga sabda Rasulullah ๏ทบ. Masya Allah, betapa halusnya agama ini menjaga kita agar tidak terjebak dalam dosa berjamaah, meskipun kita hanya diam.


✍️ Ringkasan Poin Utama

๐Ÿ“– Landasan Al-Qur’an

1️⃣ Surah An-Nisa’ (4):140

“Jika kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kamu duduk bersama mereka hingga mereka berbicara kepada pembicaraan lain. Jika kamu (tetap duduk), maka kamu serupa dengan mereka...”

2️⃣ Surah Al-An’am (6):68

“Apabila kamu melihat orang-orang memperolok ayat-ayat Kami, maka palingkanlah diri dari mereka sampai mereka membicarakan hal yang lain...”

๐Ÿ“ Penjelasan Ulama

  • Imam Al-Qurthubi rahimahullah menafsirkan bahwa siapa saja yang hadir dalam majlis mungkar tanpa mengingkari atau menegur, maka ia akan menanggung dosa bersama mereka.

  • Jika tak mampu menegur, wajib meninggalkan majlis tersebut, agar tidak termasuk golongan mereka.

TANDA PEMIMPIN DAPAT KEBAIKAN DARI ALLAH

Arsip Juli 2025

Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis



๐Ÿšจ Pengantar

Bayangkan...
Kalau kelak di hari kiamat, semua shalat kita, sedekah kita, haji kita — ternyata tak cukup untuk menyelamatkan kita dari hisab berat, hanya karena saat di dunia kita salah mengurus kekuasaan, atau ikut mendukung orang yang tak layak memimpin.

Ngeri kan?

Kita sering berpikir dosa besar itu hanya soal zina, mencuri, atau mabuk. Padahal memegang kuasa tanpa kelayakan, atau menunjuk orang yang salah mengurus negara, juga akan dituntut habis-habisan oleh Allah. Bahkan Nabi ๏ทบ sudah wanti-wanti bahwa pemerintahan itu bukan sekadar jabatan keren, tapi ujian yang akan menjadi kehinaan dan penyesalan di akhirat jika disalahgunakan.

Tragisnya, hari ini jabatan malah jadi rebutan. Orang saling sikut untuk jadi menteri, jadi gubernur, atau sekurang-kurangnya jadi pejabat — meski mungkin tak tahu menahu soal tata kelola pemerintahan. Yang penting tampil religius, agar dipilih rakyat.

Dalam tadzkirah ini dijelaskan secara lugas:

Tanda Allah menghendaki kebaikan untuk seorang pemimpin, adalah jika Allah hadirkan orang-orang baik di sekitarnya — menteri, penasihat, pembantu-pembantu yang saleh dan kompeten.

Kalau orang di sekitarnya korup, tak bermoral, tak kompeten, maka itu pertanda serius tentang pemimpin itu sendiri. Karena pemimpin yang sungguh takut kepada Allah, pasti akan memilih orang-orang yang baik untuk membantunya.

Jangan anggap remeh. Karena bukan hanya dia yang akan diseret ke neraka jika gagal, tapi kita pun bisa ikut menanggung akibat jika sembarangan memilih atau mendukung. Yuk, kita bedah poin-poin pentingnya — supaya kita sadar betapa besar tanggung jawab soal pemerintahan ini, dan berhenti melihatnya hanya sebagai ajang prestise belaka.


๐Ÿ“Œ Ringkasan Lengkap Poin-Poin Utama 


1️⃣ Tema utama: tanda Allah menghendaki kebaikan pada seorang pemimpin

  • Hadis Nabi ๏ทบ menyebutkan: jika Allah menghendaki kebaikan pada seseorang pemimpin, Allah akan beri dia wazir (menteri / pembantu) yang saleh.

  • Saleh bukan cuma taat agama, tapi juga kompeten dalam mengurus pemerintahan.


2️⃣ Siapa itu wazir menurut Islam?

  • Wazir bukan hanya “menteri kabinet” seperti kita pahami hari ini. Dalam hadis, wazir berarti:

    • Orang yang menanggung beban pemerintahan bersama pemimpin.

    • Bisa menteri, penasihat, ahli strategi, atau siapa saja yang membantu urusan negara.

  • Kalau pembantunya malah menambah beban, mempermalukan atau menyesatkan pemerintah, itu tanda buruk.


3️⃣ Allah kasih tanda kebaikan bukan hanya lewat agama

  • Dalam hadis lain:

    “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, Allah jadikan dia faqih dalam agama.”

  • Sama juga dengan pemimpin. Kalau Allah mau baik untuknya, Allah hadirkan orang-orang yang:

    • Taat kepada Allah.

    • Berkualitas dalam memimpin.


AGAMA INI TENTANG ALLAH, BUKAN TOKOH YANG KITA BELA

Tadzkirah Maghrib pada Perkampungan Sunnah Siri ke 10

Oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis



๐ŸŒท Kita Sering Sibuk Kagum Pada Tokoh — Lupa Bahwa Hanya Allah yang Layak Dibesarkan

Kita hidup di zaman aneh. Orang ramai-ramai mengangkat tokoh. Kagum dengan gelar ustadz, mufti, habib, tuan guru, sampai ada yang berebut bekas minumnya, berharap barokah dari tapak kakinya.

Tapi kita lupa: agama ini bukan tentang manusia. Agama ini tentang Allah.

Dalam kuliah yang sarat tadzkirah ini, Dr. MAZA mengajak kita merenung — betapa pentingnya kita mengangkat wahyu di atas akal, mengangkat petunjuk Allah di atas fatwa manusia, dan menjunjung Al-Qur’an serta Sunnah Nabi di atas segalanya.

Beliau mengingatkan kita agar jangan menjadi umat seperti Yahudi dan Nasrani terdahulu, yang mulanya benar, lalu menyimpang karena terlalu mengagungkan ahli ilmu mereka hingga disembah diam-diam, dituruti kesalahannya, dan dijadikan tandingan Allah.

Kalau akhir-akhir ini kamu sering risau lihat banyaknya orang beragama yang sibuk pamer ibadah, atau bangga dengan pengikut yang memujinya — dengarkan tadzkirah ini perlahan. 

Biar hati kita ingat lagi, bahwa yang akan kita jawab kelak di hadapan Allah bukan nama tokoh yang kita bela, tapi sejauh mana kita setia pada kitab dan sunnah-Nya.


๐Ÿ“ Ringkasan Lengkap Poin-Poin Utama Kuliah



๐Ÿ•Œ 1. Membuka Majlis dengan Nasehat Tujuan Ilmu

  • Kita hadir dalam majlis ilmu bukan untuk membesarkan tokoh, bukan mufti, bukan ustadz, tapi untuk membesarkan Allah dan mencari ilmu yang bermanfaat.

  • Agar ilmu itu menolong kita di dunia dan akhirat.


๐Ÿง  2. Akal Perlu Wahyu

  • Allah beri kita akal, tapi akal saja tidak cukup dalam perkara agama & ghaib.

  • Allah turunkan wahyu melalui para Rasul supaya manusia tahu cara menyembah Allah dengan benar — bagaimana shalat, puasa, dzikir, mendekatkan diri.


๐Ÿ“– 3. Wahyu Saluran Resmi

  • Wahyu hanya turun pada para Nabi & Rasul. Mimpi orang biasa, kasaf, ilham — tak bisa jadi syariat.

  • Agama ini tidak boleh berdiri di atas mimpi atau karomah, kecuali mimpi Nabi.


HIJRAH, MASA, DAN SINGKATNYA HIDUP KITA

Arsip Juni 2025

Oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

๐ŸŒท Saat Kita Sibuk Mengejar Dunia, Allah Diam Diam Menarik Waktu

Kita sibuk. Sibuk menabung, sibuk membangun rumah, sibuk mengejar jabatan — lupa bahwa masa berjalan, dan kita tak pernah bisa memutarnya kembali.

Lewat tabligh akbar ini, disampaikan tadzkirah mendalam:
Tentang Muharram, hijrah, masa, tentang bagaimana Allah mengatur detik hidup kita.
Bagaimana hidup ini singkat, lebih cepat dari yang kita kira.
Dan bahwa nanti, saat kita mati, semua akan terasa hanya sehari atau setengah hari saja.

Kalau akhir-akhir ini kamu sering merenung tentang waktu, umur, mati, dan apa yang akan kita bawa pulang pada Allah — dengarkan ini perlahan. Mungkin inilah tadzkirah yang akan menampar lembut hatimu, dan membuatmu ingin memperbaiki diri sebelum masa benar-benar habis.


๐Ÿ“ Ringkasan Poin-Poin Utama


๐Ÿ•‹ 1. Muharram & Salah Kaprah Hijrah

  • Banyak orang kira Nabi berhijrah pada 1 Muharram — padahal tidak.

  • Nabi SAW keluar dari Mekah 28 Safar, bersembunyi di gua Hira’ 2 hari, lalu bergerak ke Yathrib (Madinah) pada 1 Rabiul Awal, tiba di Kuba 8 Rabiul Awal, dan masuk Madinah 12 Rabiul Awal.

  • Muharram dijadikan awal tahun hijriyah karena diputuskan pada zaman Umar bin Khattab untuk memudahkan administrasi negara Islam.


๐Ÿ›️ 2. Bagaimana Kalender Hijriyah Terbentuk

  • Orang Arab pra-Islam tidak punya sistem tahun — hanya menandai waktu dengan peristiwa besar (seperti Tahun Gajah).

  • Setelah Islam menegakkan peradaban, Umar bin Khattab mengusulkan tahun hijrah Nabi SAW sebagai patokan hitungan tahun, bukan tahun kelahiran atau wafat Nabi — supaya tidak menyerupai kaum Nasrani.


3. Masa: Ciptaan Allah yang Paling Ajaib

  • Allah bersumpah atas masa dalam Qur’an:
    “Wal Asr… demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian.”

  • Allah tidak terikat masa. Dia pencipta masa dan ruang. Sebelum “sebelum” dan “sesudah” ada, Allah sudah ada.

  • Kita sering menyesal dosa masa lalu, ingin kembali memperbaiki — tapi tak bisa. Kita hanya bisa bertaubat, beriman, dan beramal saleh agar Allah gantikan dosa dengan pahala.


APA YANG ADA DI SEBALIK KEMATIAN

Arsip Desember 2024

Oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis



Kematian Itu Bukan Akhir, Tapi Surat Undangan Pulang

Kita sibuk menata hidup.
Kita kejar angka, gelar, rasa kagum orang, atau cemas pada omongan manusia.

Kita lupa — bahwa setiap helaan napas ini cuma menjauhkan kita dari dunia, dan semakin mendekatkan kita pada liang lahad.

Kematian tak pernah menunggu kita siap. Ia datang dalam diam, mengambil orang-orang yang kita cinta, lalu suatu hari akan datang menjemput kita pula.

Tapi kematian bukan pemutus kasih, bukan akhir semua rasa. Ia hanya memindahkan kita dari panggung ujian ke halaman rumah yang sebenarnya.

Lewat tadzkirah ini, Dr. MAZA membisikkan kepada kita — dengan suara lembut, menohok, tapi menenangkan — bahwa mati bukan berarti hilang. Bahwa setiap doa yang kita kirim pada ayah, ibu, saudara yang telah pergi, akan jadi cahaya buat mereka.

Dan jika Allah ridha, kelak kita semua akan duduk bersama lagi, di taman syurga, tertawa tanpa pernah lagi takut berpisah.

๐ŸŽง Dengarkan perlahan. Biar hati kita belajar ikhlas pada dunia yang sementara, dan rindu pada kampung abadi — tempat semua luka akan sembuh, tempat semua cinta akan utuh lagi.



๐Ÿ“ Ringkasan Poin-Poin Utama


๐Ÿ–ค 1. Kematian Itu Pasti

  • Sehebat apa pun manusia, seganas apa pun dia saat berkuasa, dia tetap akan mati.

  • Semua raja, diktator, orang zalim — akhirnya jatuh, lalu dikuburkan juga.


๐Ÿ  2. Kematian Adalah Episode Terpenting

  • Saat lahir, kita disambut senyum & harapan.

  • Saat mati, kita diam. Dunia yang sibuk dengan kita pun akan perlahan lupa.

  • Tapi di sisi Allah, kematian adalah awal kehidupan yang sebenarnya.


⚖️ 3. Tanpa Akhirat, Hidup Ini Zalim

  • Kalau hidup hanya berhenti di dunia, maka semua kezaliman akan tampak sia-sia.

  • Tapi dengan adanya akhirat, Allah akan beri keadilan.

  • Mereka yang sabar, akan dibalas syurga. Yang zalim, akan dihukum di neraka.


KETIKA DUNIA HANYA SEBUAH KELAS UJIAN

Oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis
 


Hidup Ini Cuma Singgah — Yuk Jaga Niat Sebelum Pulang

Ada hal-hal yang kadang bikin kita tercenung sendirian. Kenapa kita dilahirkan dalam keadaan tertentu? Kenapa hidup terasa berat, padahal Allah Maha Penyayang? Kenapa mati bisa datang tiba-tiba, sementara amal kita belum seberapa?

Lewat khutbah ini, Dr. MAZA mengingatkan pelan-pelan: Bahwa hidup ini, dengan segala suka dukanya, cuma ujian sebentar sebelum kita pulang. Bahwa ibadah itu bukan sekadar gerakan atau sedekah yang kelihatan hebat — tapi niatnya yang akan menentukannya diterima atau tidak.

๐ŸŽง Kalau belakangan ini kamu lagi banyak mikir soal hidup dan akhirat, coba dengarkan khutbah ini. Biar hatimu diingatkan lagi, bahwa segala yang kita jalani di dunia ini hanya berarti kalau memang karena-Nya.



๐Ÿ“ Ringkasan Poin-Poin Utama Khutbah


๐ŸŒ 1. Dunia Ini Hanya Ujian

  • Allah ciptakan hidup dan mati untuk menguji siapa yang paling baik amalnya.

  • Bukan soal siapa paling kaya, paling berkuasa, tapi siapa yang paling ikhlas & benar jalannya.


❤️ 2. Yang Berat Bukan Gerakan Ibadah, Tapi Mengikhlaskan Niat

  • Gerakan salat, puasa, sedekah — itu mudah diajarkan.

  • Yang sulit adalah memastikan hati kita tulus karena Allah, bukan untuk pujian.


๐Ÿซ€ 3. Orang Saleh Saja Takut Amalnya Tak Diterima

  • Dalam Al-Quran, Allah gambarkan orang-orang baik itu hatinya takut amalnya tak diterima, meski mereka rajin berbuat baik.

  • Nabi ๏ทบ menegaskan: bukan orang mabuk atau pencuri yang takut, tapi orang yang salat, puasa, sedekah, namun tetap khawatir Allah tolak amalnya.


PERJUANGAN DAN PENGORBANAN

Refleksi Peristiwa Isra' Mi'raj

Oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

SUMBANGAN DI AKHIR USIA

Arsip Maret 2020

Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis



๐ŸŒ™ Ketika Dunia Mulai Menjauh, Akhirat Mulai Mendekat…

Ada satu fase dalam hidup…
yang membuat kita lebih banyak diam daripada bicara.
Lebih sering mengingat… daripada merancang.
Dan mulai bertanya dalam hati:

“Apakah semua yang aku kumpulkan selama ini… masih bernilai di sisi-Nya?”

Usia mulai senja.
Panggilan kerja tak lagi sesering dulu.
Orang-orang tak lagi menyebut nama kita di forum-forum besar.
Yang dulu jadi kebanggaan, kini hanya jadi kenangan.

Saat itu tiba…
bukan jabatan yang kita butuhkan,
bukan pujian yang kita harapkan,
tapi ampunan.

Ceramah ini bukan sekadar pengingat.
Ini adalah tadzkirah dari hati seorang alim yang memahami:
bahwa kehidupan paling indah adalah saat kita bersiap untuk pulang dengan tenang.

๐ŸŽง Dengarkan perlahan… 
karena kata-kata ini bisa jadi adalah cermin dari perjalanan hidupmu sendiri.


๐Ÿ“Œ Ringkasan Poin-Poin Utama


๐Ÿ”น 1. Setiap Kita Akan Mati – Ending Kita Sama

  • Tak peduli pangkat, keturunan, atau kekayaan.

  • Semua manusia punya “ending” yang sama: mati dan kembali kepada Allah.

  • Kehidupan dunia ini hanya ladang amal, bukan tempat menetap.

๐Ÿ”น 2. Tugas Kita di Dunia: Kumpulkan Pahala, Kurangi Dosa

  • Allah memberikan misi yang sama untuk semua: “Berbuat amal sebanyak mungkin, dan menjauhi maksiat.”

  • Bahkan Nabi ๏ทบ pun berdoa agar di akhir hidup bisa menjadi Muslim dan bersama orang saleh.

MUSLIM BUKAN SEKADAR NAMA, TAPI TANGGUNG JAWAB

Khutbah Jum'at 27-06-2025 di Masjid Nurul Yaqin, Pekan Baru, Indonesia.

Oleh :
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

๐ŸŒค️ Saatnya Kita Jujur, Mau Sampai Kapan Kita Diam?

Terkadang yang membuat umat Islam lemah bukan karena musuh terlalu kuat. Tapi karena kita sendiri terlalu diam, terlalu sibuk dengan urusan pribadi, terlalu terbiasa dengan aman—hingga lupa kalau dunia di sekitar kita sedang terbakar.

Dalam khutbah Jumat yang tenang tapi menggetarkan ini, Prof. Dato’ Dr. MAZA (Mufti Perlis) mengajak kita semua berhenti sebentar… untuk merenung lebih dalam:

  • Kenapa umat Islam hari ini mudah dihina dan ditindas?

  • Apakah kita sudah sungguh-sungguh menolong agama Allah?

  • Dan, bagaimana seharusnya kita bersikap di tengah realitas umat yang terpecah dan tertindas?

Khutbah ini tidak menyalahkan siapa-siapa. Tapi menyentuh sisi yang sering kita hindari:

“Apa yang sudah kamu lakukan untuk Islam… selain mendoakan dan menggulirkan berita?”

Bacalah, dan jika bisa: dengarkan. Karena ini bukan khutbah biasa. Ini adalah seruan hati untuk kembali memikul amanah sebagai bagian dari umat yang Allah muliakan.

๐Ÿ“Œ Ringkasan Poin-Poin Utama


1. 1447 Hijriyah: Waktu Terus Berlalu, Tapi Apa yang Kita Lakukan?

  • Setiap pergantian tahun hijriyah bukan sekadar penambahan angka.

  • Itu tanda bahwa kita makin jauh dari zaman Nabi ๏ทบ, dan makin dekat ke akhir zaman.

  • Tapi walaupun Rasul telah wafat, beliau tinggalkan panduan yang lengkap untuk umat ini.

2.  Umat yang Dulu Kuat, Kini Terpuruk

  • Di masa Abu Bakar, Umar, dan sahabat lain, Islam menguasai dunia: menumbangkan Romawi dan Persia.

  • Kini, umat Islam justru menjadi sasaran penindasan: di Gaza, Syria, Iraq, dan banyak tempat lain.

  • Bahkan saat umat dibantai, tidak banyak negara Muslim yang bisa berbuat apa-apa.

PERKARA PALING SUKAR ADALAH MENGURUSKAN DALAMAN SENDIRI

⚠️ Panggung Bisa Memukau, Tapi Hati yang Penuh Topeng Tak Akan Sampai ke Langit

Kita bisa berdiri di mimbar. Bisa bicara lantang atas nama dakwah. Bisa penuhi agenda penuh sorotan dan tepuk tangan. Tapi satu hal paling sulit — dan paling menentukan — bukan tentang siapa yang kita lawan. Tapi... siapa yang sebenarnya sedang kita layani: Allah, atau ego kita sendiri?

Oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

Dalam audio yang sangat jujur dan menggugah ini, dibuka sisi yang jarang disentuh:
bahwa musuh terberat seorang dai, seorang pemimpin, bahkan seorang ulama… adalah dirinya sendiri.

๐Ÿ”ฅ “Zuhud pada dunia mudah. Tapi zuhud pada pangkat dan nama? Itu yang paling berdarah.”
๐Ÿ”ฅ “Kita ceramah, kita berjuang, kita aktif… tapi apakah itu semua betul-betul Lillah? Atau sekadar demi pengakuan dan eksistensi?”

DALAM KESEDIHAN ADA PERTOLONGAN TUHAN

Kamu Mungkin Kuat di Luar. Tapi Apa Kabar Jiwamu di Dalam? Semua orang bisa berdiri gagah di depan manusia. Bisa lantang berdakwah. Bisa tampil seolah tahu segalanya. Tapi berapa banyak yang jujur melihat isi hatinya sendiri?

Oleh:
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis

Dalam audio yang penuh kejujuran dan tamparan halus ini, seorang tokoh besar agama berbicara bukan tentang politik, bukan tentang hukum fikih, tapi tentang medan perang yang paling sulit dalam hidup: mengurus hati sendiri.

๐Ÿ’ฅ "Jangan sombong karena banyak ceramah. Bisa jadi, Allah tidak melihat apa pun dari itu."
๐Ÿ’ฅ "Kamu hafal banyak hadis, banyak tampil di panggung. Tapi siapa tahu semua itu cuma untuk nama, bukan untuk-Nya?"

ARTI SEBUAH KESUKSESAN

Tujuan Pendidikan, Sebuah Sentuhan Nurani - Tadzkirah untuk Ayah Bunda

Di era yang penuh dengan target dan angka, mungkin tanpa sadar kita sedang memburu sesuatu yang… belum tentu bernilai. Nilai rapor naik. Ranking bagus. Lolos ke sekolah favorit. Tapi pernahkah kita bertanya:

Apakah ini benar-benar sukses… atau hanya terlihat sukses?

Ini adalah tadzkirah—sebuah sentuhan nurani. Untuk Ayah Bunda yang lelah mengejar, tapi takut berhenti. Untuk jiwa-jiwa yang ingin mendidik anak bukan hanya agar “berhasil”, tapi agar mereka menjadi pribadi yang selamat, selamat dunia… dan akhirat.

Jika hatimu pernah bertanya: “Apa tujuan sejati dari semua ini?” Maka, sempatkan telingamu untuk mendengarkan. ๐ŸŒฑ Karena bisa jadi, justru di antara kalimat-kalimat ini… tersimpan arah baru dalam cara kita mendidik dan mencinta. ๐ŸŽง Silakan dengarkan—dan biarkan hatimu yang menilai.

Oleh : 
Shahibus Samahah Dato Prof. Dr. MAZA
Mufti Kerajaan Negeri Perlis