🌿 Maisun binti Bahdal:
Ketika Hati Seorang Istri Tak Tergoda oleh Istana
Tidak semua orang menganggap istana sebagai kebahagiaan.
Tidak semua perempuan bermimpi tentang kemewahan, pakaian indah, dan pujian
dalam singgasana.
Dalam kisah yang jarang dikisahkan ini, kita diajak
menyelami sosok Maisun binti Bahdal, seorang wanita Badui dari suku Bani
Kilab, istri dari Muawiyah bin Abi Sufyan—seorang khalifah besar dalam
sejarah Islam—dan ibu dari Yazid bin Muawiyah.
Maisun bukan wanita biasa. Ia seorang penyair yang tajam kata-katanya, dalam rasa dan kuat dalam memegang prinsip hidup. Ketika ia tinggal di istana indah dengan segala kemewahan yang ditawarkan, hatinya tetap tertambat pada kesederhanaan kehidupan padang pasir.
Lalu ia menulis sebuah puisi. Bait-baitnya indah, jujur, dan
menusuk hati.
Begitu jujurnya perasaan yang ia ungkap, hingga membuat Muawiyah tersinggung…
dan menjatuhkan talak tiga padanya.
📜 "Pakaian kasar
lebih menenangkan bagiku daripada kain sutra."
📜
"Roti keras di rumahku lebih aku sukai daripada jamuan mewah di
istana."
📜
"Anjing yang menggonggong di jalan lebih menyentuh hatiku dibanding
kucing jinak di dalam istana."
Kisah ini bukan sekadar puisi. Ini adalah tentang rasa
rindu pada asal-usul, tentang kejujuran dalam memilih makna hidup,
dan tentang bagaimana kemewahan tidak selalu berarti bahagia.